Waspadailah Kitab-Kitab Berbahaya Berikut Ini…
Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
Di penghujung edisi tahun ini, sebelum kami melepaskan rubrik menarik ini kepada ustadz yang lain, kami akan menyebutkan secara ringkas beberapa kitab bermasalah yang diingatkan oleh para ulama. Semoga nasehat mereka tersebut dapat menjadi perhatian bagi kita semua. Sungguh benar apabila mereka diibaratkan dengan bintang di langit, sebab bintang memilki tiga faedah:
Penerang kegelapan,
Perhiasan langit dan
Lemparan bagi syetan yang mencuri kabar langit.
Demikian halnya para ulama, mereka memiliki tiga sifat tersebut;
Mereka penerang kegelepan dan kebodohan,
Perhiasan di muka bumi, dan
Lemparan bagi syetan yang mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan dan membuat perkara-prkara baru dalam agama dari para pengekor hawa nafsu. (Risalah Warasatul Anbiya’ Ibnu Rajab al-Hanbali hal. 14-15)
Berikut beberapa kitab bermasalah yang diingatkan para ulama tersebut:
1. Judul Kitab: Durratun Nashihin
Penulis: Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khubari
Komentar: Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Kitab tidak bisa dijadikan sandaran karena banyak memuat hadits-hadits palsu dan hal-hal yang tidak bisa dijadikan sandaran, termasuk diantaranya dua hadits yang ditanyakan oleh si penanya di atas, sebab kedua hadits tersebut tidak ada asalnya dan didustakan kepada Nabi. Maka kitab seperti ini dan juga kitab sepertinya yang memuat banyak hadits-hadits palsu jangan dijadikan sandaran…”. (Fatawa Nur Ala Darb hal. 80)
2. Judul Kitab: Fi Zhilal Qur’an
Penulis: Al-Ustadz Sayyid Quthub
Komentar: Syaikh al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata ketika tentangnya: “Telah banyak perbincangan tentang kitab tersebut beserta penulisnya, padahal dalam kitab-kitab tafsir lainnya terdapat kecukupan seribu kali lipat dari kitab ini seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Sa’di, Tafsir al-Qurthubi -sekalipun beliau memiliki kelemahan dalam hadits- dan tafsir Abiu Bakar al-Jazairi. Sebagian ahli ilmu seperti ad-Duwaisy[1] dan al-Albani telah memberikan beberap catatan tentang kitab ini. Saya sendiri belum membacanya secara keseluruhan, tetapi saya membaca tafsirnya dalam surat Al-Ikhlas, saya dapati dia telah mengucapkan ucapan yang amat berbahaya dan menyelisihi keyakinan Ahli Sunnah wal Jama’ah, dimana penafsirannya menunjukkan bahwa dia mengatakan wahdatul wujud, demikian pula dia menafsirkan istiwa’ dengan kekuasaan. Perlu diketahui bahwa kitab ini bukanlah kitab tafsir sebagaimana disebutkan oleh penulisnya sendiri dengan “Zhilal Qur’an” (Naungan Al-Qur’an). Maka sewajibnya bagi para penuntut ilmu untuk tidak menjadikan penulis ini ataupun selainnya sebagai faktor perselisihan dan pertengakaran diantara mereka atau menjadikan wala dan bara’ di atas orang tersebut. (Majalah Dakwah, Edisi 1591/Muharram 1418 H)[2].
3. Judul Kitab: Al-Kasyfu An Mujawazah Hadzihi Ummah Alf (Umur Umat Manusia)
Penulis: Jalaluddin as-Suyuthi
Komentar: Syaikh al-Albani berkata: “Risalah as-Syutuhi “Al-Kasyfu An Mujawazah Hadzihi Ummah Alf”. Kenyataan telah membuktikan batilnya hadits-hadits yang berkaitan tentang penentuan umur umat yang dihitung dengan hitungan tahun[3]. Bagaimana mungkin bagi manusia untuk menentukan dengan waktu seperti ini yang berkonsekuansi penentuan watu tibanya hari kiamat”. (Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah 8/107)
4. Judul Kitab: Alfu Lailatin wa Lailah (seribu cerita/dongeng Abu Nuwas dan Harun Rasyid)
Komentar: Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan ketika ditanya: “Disebutkan dalam sebagian buku sejarah, terutama buku Alfu Lailatin wa Lailah bahwa khalifah Harun Rasyid sangat suka nyanyian dan minum khamr, apakah ini benar? Beliau menjawab: Semua ini adalah kedustaan dan noda yang diselundupkan dalam sejarah Islam. Kitab Alfu Lailah wa Lailah kitab yang tidak dipercaya. Oleh karenanya tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk menyia-nyiakan waktu untuk membaca buku tersebut.
Harun Rasyid adalah seorang yang dikenal shalih, istiqamah, sungguh-sungguh dan pandai dalam mengatur rakyatnya, beliau berangkat haji setiap tahun dan perang setiap tahun. Tuduhan yang digoreskan dalam kitab ini tidak perlu diperhatikan. Dan tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk membaca kitab kecuali kitab yang memuat faedah seperti kitab-kitab sejarah terpercaya, kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, aqidah yang membantu seorang untuk mengenal agamanya, adapun kitab-kitab rendahan, maka tak sepantasnya bagi seorang muslim untuk menyia-nyiakan waktunya untuk membacanya”. (Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih al-Fauzan 2/306)
5. Judul Kitab: Syamsul Ma’arif (Cahaya Pengetahuan)
Penulis: Ahmad bin Ali al-Buni
Komentar: Syaikh Abdullah al-Jibrin berkata: “Kitab ini termasuk kitab khurafat, penulisnya telah memenuhinya dengan kedustaan, khurafat, kebatilan, aqidah rusak yang orang yang meyakininya maka dia kufur. Kitab ini juga penuh dengan ajaran sihir dan perdukunan, oleh karenanya kitab ini banyak digemari oleh para dukun. Kitab ini telah menimbulkan banyak kerusakan dan menjerumuskan banyak orang dalam jeratan kekufuran dan kesesatan. Maka kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk menjauhinya, barangsiapa yang terlajur memilikinya maka hendaknya membakarnya. Sebagaimana kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk banyak membaca Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits seperti shahih Bukhari Muslim, sunan, kitab-kitab tauhid, sebab hal itu akan dapat menjaga agama seorang. Wallahu A’lam”. (Fatawa Islamiyah 3/365)
6. Judul Kitab: Limadza Ikhtartu Syi’ah (Mengapa Aku Memilih Syi’ah)
Penulis: Muhammad Mar’I al-Amin al-Anthaki
Komentar: Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata: “Pada tahun 1405 H, saya mendapatkan sebuah kitab berjudul “Limadza Ikhtartu Syi’ah” yang dinasabkan kepada Muhammad Mar’I al-Amin al-Anthaki, dimana dia mengaku dahulunya adalah penganut faham sunni dan bermadzhab syafi’I kemudian pindah kepada faham Syi’ah. Kitab ini hanya diada-adakan saja dan dinisbatkan kepada penulis yang tak dikenal, bahkan kitab ini hanyalah kedustaan yang dibuat-buat oleh kelompok Rafidhah untuk melariskan madzhab Syiah”. (At-Tahawwul Madzhabi hal. 89 -An-Nadhair-).
7. Judul Kitab: Lubabul Ma’ani (Manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
Penulis: Abu Shalih Mustamir al-Hajeni al-Juwani
Komentar: Drs. Imron AM berkata: “Kitab Manakib, merupakan kitab yang oleh sebagian masyarakat Islam di Indonesia dipercayai sebagai kitab yang memiliki nilai-nilai keberkatan, seperti dapat mendatangkan rezeki bagi pembacanya, dapat menyebabkan terkabulnya tujuan-tujuan dunia dan akherat, dapat dipergunakan untuk mengusir makhluk-makhluk halus untuk peleasan nadzar (kaul/jawa) dan sebagainya.
Maka diciptakanlah upacara-upacara pembacanya dengan aneka variasi yang menyerupai ibadah dan diakhiri dengan doa-doa istighatsah untuk mengundang roh yang dipandang suci untuk diminta bantuan menyampaikan doa-doa mereka kepada Tuhan.
Menurut penelitian penulis, Kitab Manakib tidak hanya merusak dan mengotori aqidah seorang muslim tetapi di samping itu juga secara tidak langsung merupakan penghinaan kepada Allah dan Malaikat-MalaikatNya.
Dan penulis berteguhan hati bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sendiri bersih dari semua cerita-cerita Manakib itu, karena menurut keyakinan penulis bahwa cerita semacam itu adalah hasil karya tangan tangan kotor…”. (Muqaddimah Kitab Manakib Syaikh Abdul Qadir Jaelani Merusak Aqidah).
Akhirnya, kami berdoa kepada Allah agar menambahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat.
http://abiubaidah.com
CATATAN KAKI:
[1]Beliau menulis kitab berjudul Al-Maurid Az-Zulal fi Tanbih ala Akhta’ Zhilal (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).
[2] Kritikan juga ditegaskan oleh para ulama lainnya, diantaranya Syaikh Ibnu Baz, al-Albani, Shalih al-Fauzan, Shalih al-Luhaidan, Abdullah al-Ghadyan, Abdul Muhsin al-Abbad, Hammad al-Anshari, Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, Muhammad bin Jamil Zainu dan lain sebagainya. (Lihat selengkapnya dalam buku Bara’ah Ulama Ummah Min Tazkiyah Ahli Bid’ah oleh Isham bin Abdillah as-Sinani).
[3] Mirip dengan masalah b ini juga buku “Umur Umat Islam” oleh Amin Muhammad Jamaluddin. Syaikh Masyhur bin Hasan berkata: “Hendaknya para pembaca mewaspadai kitab ini, sebab penulisnya banyak menjadikan berita-berita israiliyyat sebagai sandaran yang dipercaya begitu saja dan menggambarkan keterkaitan antara beberapa kejadian yang terdaat dala hadits dari pikirannya sendiri”. (Al-Iraq fi Ahadits wa Atsar 1/438).
0 komentar:
Post a Comment