Showing posts with label motivasi. Show all posts
Showing posts with label motivasi. Show all posts

Saturday, February 1, 2014

Pengusaha sukses ditengah keterbatasan



Dianggap Pengemis Karena Keterbatasan Fisik
Keterbatasan fisik bukan penghalang meraih kesuksesan. Paling tidak itulah yang tercermin pada Sugimun, pemilik tiga unit toko elektronik “Cahaya Baru”

Suatu ketika Sugimun pergi ke solo untuk membeli mobil. Ketika akan masuk ke sebuah shoowroom mobil, seorang karyawan menghampirinya dan mengulurkan uang recehan kepadanya. Diperlakukan seperti itu Sugimun segera menukas, “Oh, saya bukan pengemis, Mas. Saya cari mobil.”

Tentu saja si karyawan tersebut kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam sambil menanggung malu.

Menurut Sugimun, si karyawan mengira dirinya seorang pengemis karena menggunakan kursi roda, “Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk show room,” kenang Sugimun tersenyum.

Lelaki yang lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini adalah pemillik toko elektronik “Cahaya Baru” di kota trenggalek dan Magetan, Jawa Timur.

Bagi orang Trenggalek , Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah tidak asing lagi. “Cahaya Baru” dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omsetnya sudah mencapai 150 juta per bulan.

::: AKU PUN KELUAR DENGAN WANITA YG BUKAN ISTRIKU :::




Setelah 21 tahun usia pernikahanku, aku menemukan cahaya baru sebuah cinta.

Baru saja aku jalan dengan seorang wanita yang bukan istriku. Itu adalah ide istriku, “Aku tahu betapa engkau mencintainya”, katanya padaku.

Wanita yang istriku inginkan agar aku keluar dan menghabiskan waktu bersamanya itu adalah ibuku. Iya, ibu kandungku yang telah menjanda sejak 19 tahun silam.

Namun karena kesibukan bekerja, keseharianku bersama 3 orang anakku ditambah banyaknya tugas membuatku jarang menjenguknya.

Suatu hari aku meneleponnya untuk mengajaknya makan malam bersama.

“Kamu baik-baik saja?” katanya menanyaiku.

Ibuku memang tidak terbiasa ditelepon malam-malam, dia jadi khawatir ada apa-apa.

“Ya bunda, nanda sangat baik-baik saja. Tapi nanda begitu menghabiskan waktu bersama bunda”, kataku.

“Hanya kita berdua?” kata ibuku.

Aku berpikir sejenak lalu menjawab, “Ananda sangat senang jika itu bisa.”

Pada hari Kamis, setelah bekerja, aku mampir dan menjemput ibuku. Waktu itu aku sedikit gelisah, ketika aku tiba di rumahnya pun aku mendapati ibuku juga demikian.

Ibuku menunggu di pintu dengan mengenakan pakaian yang indah. Sepertinya itu adalah gaun terakhir yang dibelikan ayahku untuknya sebelum meninggal dunia.

Ibuku tersenyum laksana seorang ratu dan berkata:

“Ibu bilang ke semua bahwa hari ini ibu akan jalan bersama putra ibu. Semua senang dan tidak sabar menanti cerita ibu sepulang nanti.”

Kami pergi ke sebuah restoran yang tidak biasa kudatangi, namun tempatnya bagus dan tenang. Ibuku menggandengku bak seorang nyonya besar.

Setelah kami duduk, aku mulai membaca menu karena ibuku sudah tidak bisa membaca kecuali huruf besar.

Ketika aku sedang membaca menu, ibuku memandangiku sambil tersenyum lebar, lalu berkata:

“Dulu ibu yang membacakan menu waktu kamu masih kecil.”

Aku menjawab:

“Sekarang waktunya nanda membayar sedikit hutang nanda pada bunda. Santai saja wahai bunda."

Sambil bersantap malam kami mengobrol panjang, tidak ada yang istimewa, hanya cerita-cerita lama ditambah cerita-cerita baru, namun cukup membuat kami lupa waktu hingga melewati pertengahan malam.

Ketika kami pulang, sesampai kami di pintu rumahnya ibuku berkata:

“Ibu sangat setuju jika kita bisa jalan-jalan lagi di lain waktu, tapi ibu yang traktir.”

Akupun mencium tangannya dan pamitan.

Hanya berselang beberapa hari setelah itu, ibuku meninggal dunia karena sakit jantung. Kejadian yang sangat cepat tanpa sempat aku melakukan apa-apa untuknya.

Beberapa hari kemudian aku menerima kiriman via pos dari restoran tempat kami makan malam kemarin itu. Selembar bon yang diberi note:

“Ibu sudah membayar di muka bonnya sebab ibu tahu ibu mungkin tidak ada lagi. Yang penting ibu sudah bayar makan malam untuk dua orang: buatmu dan istrimu. Sebab engkau wahai putraku tidak akan bisa menilai makna malam itu bagiku. Ibu mencintaimu wahai putraku.”

Detik ini, aku mengerti nilai bagi makna kata cinta atau aku mencintaimu.

Aku mengerti betapa pentingnya membuat orang lain merasakan cinta kita.

Tidak ada yang lebih penting dari kedua orang tua khususnya ibu maka persembahkanlah bagi mereka waktu yang menjadi hak mereka.

Sungguh itu adalah hak Allah dan hak mereka, dan perkara ini tidak bisa ditunda-tunda.

Akurator: Fachrian Almer Akiera

Dinukil Oleh : Ustadz Ferry Nasution

Maaf Tidak punya uang kembali

Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“wah mas gak ada uang pas ya?”

“nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“maaf mas, saya nggak punya uang kembalian”

“waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

=============================================================

jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.”

ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.”

selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“tapi ini terlalu banyak mas”

“saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

=============================================================
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...