Showing posts with label nasihat. Show all posts
Showing posts with label nasihat. Show all posts

Friday, June 13, 2014

Nasehat Asatidz Lombok Terkait Situasi Politik dan Pilpres 2014 di Indonesia

Nasehat Asatidz Lombok Terkait Situasi Politik dan Pilpres 2014 di Indonesia

Prolog

Perhelatan politik dan pilpres di Indonesia tercinta tahun ini, benar-benar telah menyita fokus dan perhatian kaum muslimin dari berbagai elemen dan lapisan masyarakat. Padahal yang demikian ini, tidak terjadi pada Pemilu-Pemilu sebelumnya.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa dialog dan perdebatan dalam masalah Politikdan Pemilu ini, ditambah lagi dengan isu-isu dan berita-berita media yang sarat akan kepentingan kubu politik tertentu, menjadikan topik Pemilu sangat rentan menimbulkan pertikaian dan perpecahan di tubuh kaum muslimin Indonesia.

DAKWAH SALAFIYAH SEBAGAI SOLUSI, JANGAN KAU NODAI !!! (EDISI II) (TANGGAPAN ATAS TULISAN SAUDARA ABU AIMAN AL-JAWI)


DAKWAH SALAFIYAH SEBAGAI SOLUSI, JANGAN KAU NODAI !!! (EDISI II)
 (TANGGAPAN ATAS TULISAN SAUDARA ABU AIMAN AL-JAWI)
                Diantara misi dan visi Dakwah Salafiyah yang mubarakah adalah tashfiyah dan tarbiyahTashfiyah adalah memurnikan Islam dari kotoran (syirik, bid’ah, khurafat, pemikiran-pemikiran sesat/nyeleneh) yang menempel ke dalamnya. Adapun tarbiyah adalah mendidik kaum muslimin di atas ajaran Islam yang putih bersih malamnya seperti siangnya (Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman salafush shaleh)[1]. Dan ini hanyalah meneruskan tongkat estafet dakwah Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم. Allah berfirman :
 هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS.Al-Jumu’ah : 2)
Dan hal ini juga meneruskan jejak para ulama, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasul صلى الله عليه وسلم :
يَحْمِلُ هَذَا العِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الُمبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِيْنَ
Ilmu agama ini akan senantiasa dibawa oleh para ulama yang adil, (tugas) mereka meniadakan/mengingkari tahrif (penyelewengan) orang yang ekstrim, jalannya orang-orang yang batil (menyimpang) dan takwilnya orang-orang yang jahil. (HR.Baihaqi)[2]
Dan diantara bentuk tashfiyah yang dilakukan oleh Dakwah Salafiyah adalah menjelaskan serta menjauhkan umat dari noda-noda dan kotoran politik yang berseberangan dengan kesucian Islam dan As-Sunnah.
                  Setelah penulis menerbitkan makalah yang berkaitan dengan nasehat untuk Salafiyyin agar tidak masuk kubangan politik, muncul tanggapan dari salah satu saudara kita yang masih studi di Madinah –jazahullahu khairan-. Kemudian penulis pun memberikan tanggapan atasnya serta meluruskan persepsinya yang salah dan lain-lain. Namun sangat disayangkan beberapa hari setelah makalah kedua itu beredar, muncul tulisan baru yang agak kesiangan yang ditulis oleh saudara kita Abu Aiman Al-Jawi (AAA)[3] di Gema Islamiyang telah dikoreksi oleh Ustadz Yusuf Utsman Baisa, Lc dan Ali Saman Hasan, Lc, MA. Kenapa kita katakan kesiangan, karena banyak syubhat/kerancuan dalam tulisan AAA yang sebetulnya sudah kita jawab dalam tulisan kedua tersebut. Ya husnudzan saja,  mungkin tulisan yang kedua belum sampai kepadanya. Oleh karena itu, penulis akan mengetengahkan lagi jawaban tersebut semoga bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin khususnya Salafiyyin. Dan penulis menyarankan agar Saudara AAA beserta editornya juga membaca tulisan kedua kami.
Dalam tulisan saudara AAA ada beberapa hal yang perlu diluruskan :
1-      Penulis menyarankan agar AAA betul-betul memisahkan antara kesepakatan ulama bahwa sistem pemilu berasas demokrasi bukanlah sebuah sistem yang syar’i[4], dengan masalah ikhtilaf ijtihadi antara mereka dalam ikut memberikan suara dalam pemilu. Jangan seolah-olah membuat opini bahwa masalah ikut dalam pemilu juga sebagai kesepakatan ulama[5].

2-      Saudara AAA mengatakan : “Di Indonesia, khususnya bagi kalangan Salafiyyin, berpolitik masih menjadi hal yang tabu, padahal politik adalah salah satu bagian dari sendi kehidupan yang tentu saja tidak mungkin diabaikan oleh Allah dan Rasul-Nya! Bahkan panutan dan suri tauladan kita, para sahabat رضي الله عنهم adalah orang-orang yang piawai dalam perpolitikan…..”.
Apakah saudara ingin menyamakan politik sahabat dahulu dengan politik di negeri kita sekarang ini ?![6] Kalau saudara menjawab ya, maka kami hanya bisa mengatakan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dan seandainya betul-betul sama (keadaan dan hakikatnya), kami akan masuk ke dalamnya dan menyeru manusia kepadanya insya Allah. Namun jika jawabannya tidak, maka kami akan mengikrarkan -hingga akhir hayat nanti insya Allah- sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu : “Termasuk politik kami (sekarang) adalah meninggalkan politik (yang tidak syar’i)”.
Dan penulis masih ingat betul wasiat Syaikh Abdul Malik Ramadhani –hafizhahullahu- ketika sang penulis makalah ini mau meninggalkan kota Madinah setelah selesai studinya di Diploma Dakwah sekitar 10 tahun yang lalu (detik-detik terakhir di kota Madinah dan di kampus Universitas Islam Madinah). Selesai shalat shubuh di masjid kampus yang dekat dengan perumahan Syaikh Abdul Malik Ramadhani dan beliau sering shalat disana waktu itu, penulis langsung meminta wasiat perpisahan kepada beliau di depan masjid tersebut. Diantara wasiat beliau adalah لا تتدخل في السياسة” Jangan engkau ikut politik. Jadi ya benar, kalau hal itu dianggap tabu oleh Salafiyyin sebagaimana kebatilan dan kesesatan dianggap tabu. Namun apakah saudara AAA sudah terbiasa dengan perpolitikan di negeri kita ini ???!!! Atau menganggap boleh dan wajib ikut nimbrung ke dalamnya ???!!!
 3-      Dan adapun kesimpulan saudara AAA bahwa “Tulisan Ust. Abdurrahman Thoyib, Lc (UAT) dan Forum Asatidzah Lombok (FAL) sama-sama diawali dengan prolog yang mengesankan bahwa membahas urusan politik adalah sebuah keburukan secara mutlak”. Maka ini adalah kesimpulan yang salah besar yang mungkin muncul dari ketidakjelian atau ketidaktelitian dalam memahami tulisan. Tidak ada Salafi yang menolak pembahasan politik secara mutlak hingga menolak juga siyasah syar’iyah (politik syar’i). Yang kita ingkari adalah politik yang kotor dan tidak syar’i dan yang berlebih-lebihan dalam menyikapi pemilu 2014 ini. Dan itu yang telah dikatakan oleh penulis dalam makalah yang pertama catatan kaki no.1 (Tulisan ini tidak membahas apa yang diistilahkan oleh sebagian ikhwah dengan masalah ikhtilaf ijtihadi antara para ulama yang membolehkan atau tidak membolehkan ikut dalam pemberian suara ketika pemilu. Namun masalahnya sekarang lebih dari itu semua, melampaui batas, melewati garis dan telah masuk ke dalam tanah larangan (kubangan politik). Dakwah Salafiyah dan kita pun berlepas diri darinya). Apakah anda tidak paham ?! Jangan seperti orang awam atau ahli bid’ah yang mengatakan Wahabi/Salafi tidak mau shalawatan gara-gara kita mengingkari shalawat nariyah. Atau seperti kelompok teroris yang menuduh kita menihilkan jihad karena kita menolak dan mengingkari jihadnya mereka yang tidak syar’i (terorisme).
Syaikh Abdul Malik Ramadhani – حفظه الله- berkata : “Aku tidak perlu untuk menjelaskan bahwa politik termasuk bagian dari agama, karena sesungguhnya aku yakin bahwa tidaklah level kalian yang setinggi ini menjadikankalian menuduh penulis bahwa dia memisahkan antara agama dan negara[7]……..Dan tidaklah menyingkirkan syariat melainkan jahiliyah yang dimurkai (Allah) :
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (QS.Al-Maidah : 50).

Ketahuilah, bahwa sebab kegagalan kelompok pergerakan Islam pada saat ini dalam memperbaiki kerusakan yang universal adalah kesalahan mereka dalam metode perbaikan. Yaitu ketika mereka masuk dalam kubangan politik dan menjadikannya sebagai pondasi reformasi. Meskipun mereka mengaku di atas manhaj yang benar dan dakwah yang komplit serta manajemen yang profesional……Adapun masuk ke dalam kancah politik pada saat ini maka tidaklah yang melakukannya melainkan orang-orang yang telah terjebak dalam jaring-jaring setan untuk membinasakannya dalam puncak kejelekanSetan pun membujuknya dengan rayuan bahwa tidak boleh meninggalkan parlemen untuk orang-orang fasik dan sekuler. Dan bahwasanya tidak boleh bagi seorang muslim untuk tidak bersuara….Dan bahwasanya undang-undang Yahudi itu hampir diterapkan di negeri ini dan itu seandainya tidak ada menteri ini dan itu…..dan masih banyak lagi propaganda-propaganda yang tidak dibangun di atas pandangan syar’i, sebagaimana juga tidak dibangun di atas pandangan fakta di lapangan. Orang yang jujur dalam renungan dan penelitiannya di lapangan akan mendapati sekelompok orang yang masuk ke dalam (kubangan politik) dengan tujuan untuk merubah, namun justru mereka yang terubah[8].
Maka sungguh benar sabda Nabi – صلى الله عليه وسلم- : “Barangsiapa yang mendatangi pintu pemimpin maka dia akan terfitnah”. (HSR.Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Baihaqi).
Dan dalil tentang larangan duduk bergabung dengan mereka dalam parlemen (kubangan politik) adalah firman Allah :
 وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. (QS.An-Nisa : 140).[9]

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman[10]  - حفظه الله berkata : “Kami mengingkari kalau politik sekarang ini ada agama di dalamnya ! Akan tetapi kami tidak mengingkari bahwa dalam agama ada politik. Politik yang satu ini (Politik Syar’i) ada tujuan dan mashlahat yang diperhitungkan. Dan kami melarang anak-anak yang masih ingusan dan yang masih dalam tahapan belajar untuk (lancang) menetapkan atau mengira-ngirakannya (ikut berpolitik)[11]. Dan kami katakan kepada mereka (kebanyakan adalah para pemuda yang berapi-api) dan mereka melangkahi para pakar ulama. Sesungguhnya tidak selayaknya bagi kalian untuk masuk ke dalam kancah politik, karena kalian belum menguasainya. Dan dilarang bagi kalian untuk bersuara politik…..Dan kita mengatakan : Sesungguhnya jalan kalian untuk meraih kemuliaan ilmu tidak mungkin bisa bergandengan dengan kotoran politik…..Dan kalian akan dikuasai oleh perangai yang buruk dan politik ini akan menjerumuskan kalian ke dalam sarang penyamun.……Yang wajib secara syariat bagi para ulama terutama di zaman ini adalah menghidupkan ajaran Allah lewat tashfiyah dan tarbiyah serta menfokuskan diri untuk menjalankan misi dan visi yang mulia ini. Tidak layak bagi mereka untuk masuk ke dalam kubangan politik dari dekat maupun dari jauh.Meskipun mereka adalah orang yang paling paham tentang apa yang menimpa negeri mereka dari topan perselisihan. Jangan sampai tragedi besar mengeluarkan ulama dari kewibawaan mereka dan mengoncang kemuliaan mereka serta jangan sampai fitnah tersebut mengiring mereka ke dalam jurang yang tidak ada seorang pun yang selamat dan tidak ada manfaatnya lagi pengobatan.[12]

4-      Saudara AAA mengulangi lagi kesimpulannya yang salah dengan mengatakan terhadap penulis “beliau mengeneralisir seluruh aktifitas/obrolan terkait pemilu adalah sebuah bentuk masuk dalam kubangan politik ! Tentu saja ini tidak benar dan bahkan sebuah kekeliruan….”. Coba saudara AAA renungkan kembali apa yang dikatakan oleh penulis dengan penuh ketelitian dan kejelian agar tidak membuat kesimpulan yang salah !!! Yang kita permasalahkan hanyalah keekstriman sebagian ikhwah, sebagai contohnya (namun sayang saudara AAA tidak menyinggungnya) fatwa sebagian ikhwah yang membolehkan salafy masuk parlemen dan membuat partai. Apakah anda setuju salafy masuk parlemen sekarang ini atau sekalian membuat partai ???!!! Kalau ya, kenapa anda tidak mengomentari/menyalahkan petuah Syaikh Ali Al-Halabi dan para ulama yang telah penulis ketengahkan panjang lebar yang mencela perpolitikan (masuk parlemen dan partai). Apakah mereka juga mengeneralisir seluruh aktifitas/obrolan terkait pemilu adalah sebuah bentuk masuk dalam kubangan politik ???!!! Dan jika jawabannya tidak, mengapa anda diam dari fatwa tersebut. Atau kalau anda tidak bisa menjawab, tolong tanyakan Syaikh Ali bin Hasan yang akan datang ke Indonesia atas undangan organisasi ustadz antum.

5-      Saudara AAA mengatakan “Perihal mereka (sebagian Salafiyyin) menjadikan isu ini sebagai salah satu bahan obrolan mereka sehari-hari, tentu saja sebuah hal yang wajar, karena saat ini kita sedang menghadapi “musim”nya”.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, inilah yang penulis merasa prihatin. Apakah menjadikan isu politik sebagai obrolan sehari-hari itu juga difatwakan oleh para ulama atau ijtihad kalian ???!!! Coba tanyakan dan paparkan kepada Syaikh Ali bin Hasan secara detail (bukan hanya secara global) perbuatan anda atau ustadz anda yang sibuk dengan kampanye terutama di Face book atau media lainnya sekarang ini.

6-      Lebih parah dari itu, saudara AAA ingin menqiyaskan suasana politik yang memanas dan kotor dengan bulan suci Ramadhan yang menyejukkan. Dia berkata : “Bukankah ketika bulan Ramadhan tiba serentak kaum muslimin membicarakan tentang fikih Ramadhan? Maka demikian pula hal ini, karena kita sedang menghadapi “musim” pemilu, maka membicarakan tentang pemilu adalah hal yang wajar….”. Na’udzu billahi min hadza al-kalaam. Apakah bulan ibadah yang suci sama dengan bulan pemilu yang keji ???!!! Insya Allah anak kecil bisa membedakannya. Apakah pembahasan fiqih Ramadhan sama dengan isu politik ???!!! Ya inilah yang kita khawatirkan, tanpa terasa dan mungkin tanpa perasaan sudah masuk ke dalam jeratan isu politik. Nas-alullah As-Salaamah wal ‘Afiyah.
Berapa banyak orang yang terkena penyakit namun dia tidak sadar kalau sakit !!!

7-      Saudara AAA menuduh kita belum menjelaskan bahkan menuduh kita belum mengetahui bagaimana cara berbuat agar mewujudkan pemimpin yang baik dalam situasi saat ini”. Apakah ulama yang berpendapat tidak bolehnya ikut serta dalam pencoblosan berarti tidak ada usaha lahiriah ?! Alangkah sempitnya pandanganmu ini ?! Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika di Mekah ditawari oleh Utbah bin Rabi’ah kepemimpinan, namun beliau tidak mau menerimanya. Apakah tidak ada usaha lain selain itu?! Syaikh Muqbil bin Hadi رحمه اللهyang tidak ikut pemilu, apakah beliau tidak ada usaha untuk Islam dan kaum muslimin ?! Apakah menyebarnya dakwah yang haq di negeri Yaman (yang sama sistem pemerintahannya dengan kita) lewat politik atau lewat dakwah beliau ba’dallahi ‘azza wa jalla ?! Tidakkah engkau ingat petuah Syaikh Ali (point 5)?! Apakah itu tidak cukup bagimu?! Kenapa tidak engkau tanggapi ?!

8-      Mungkin karena saudara AAA sudah terbiasa dengan hawa politik maka kata-katanya pun seperti politikus, isuk dhele sore tempe alias mencla mencle (plin-plan). Dia berkata “Ust.Abdurrahman Thayib, Lc yang memberikan sebuah nasehat yang baik….seluruh nasehat tersebut baik” namun pada akhir tulisannya saudara AAA mengatakan “Sungguh nasehat FAL dan UAT bukanlah nasehat yang dapat menghilangkan dahaga dan bukan pula nasehat yang memberikan solusi nyata, meski kami banyak mendapat manfaat dan pelajaran darinya”. Wallahu Al-Musta’aan

9-      Berkaitan dengan komentar saudara AAA kepada asaatidz Lombok –saddadallahu khuthaahum- sebetulnya tidak jauh berbeda dari komentarnya terhadap penulis yang salah kaprah. Namun untuk perinciannya, mungkin para asaatidz tersebut bisa mengutarakan bantahan dan tanggapan mereka tersendiri.

10-   Mungkin bagi editor tulisan saudara AAA untuk lebih cermat dan teliti dalam mengoreksi.
Demikian sedikit yang bisa penulis sampaikan, semoga bermanfaat bagi semua. Dan Semoga Allah memberikan kepada penulis dan saudara AAA serta para ustadznya pemahaman yang benar.

Surabaya, 14 Sya’ban 1435 H / 12 Juni 2014 M
Abu Nafisah Abdurrahman Thayib

Friday, June 6, 2014

Khutbah Jum'at Syaikh Hasan AL qosim

Khutbah Jum'at keutamaan Hari Jum'at

Download Khutbah Jum'at Syaikh Hasan Al Qosim (Murid Syaikh Al bani)
Download MP3 Khutbah Jum'at
Terjemahannya di dibawah ini
Download Terjemahan

Tuesday, June 3, 2014

Cara Ahlus Sunnah Menghadapi Kekuatan-kekuatan Politik Anti Islam


Demokrasi, dengan segenap perangkatnya, telah memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok sesat anti Islam seperti JIL, Syi’ah, dan lain-lain untuk menduduki jabatan-jabatan politik yang sangat strategis.
Wajar jika muncul kekhawatiran terhadap makar-makar musuh Islam yang akan semakin menguat karena ditopang oleh kekuasaan. Walau sesungguhnya, kesadaran akan bahayanya makar mereka selalu dituntut dari seorang muslim, terlepas apakah mereka berkuasa atau tidak.
Yang menjadi masalah, bagaimana cara menyikapi makar tersebut. Sangat disayangkan, telah sampai kepada kami sebagian Ikhwan yang menyikapinya dengan cara yang kurang tepat. Diantaranya, ada yang sampai mengatakan, “Untuk apalagi menuntut ilmu, sekarang saatnya latihan fisik untuk menghadapi orang-orang Syi’ah yang mulai masuk melalui jalur politik dan sosial kemasyarakatan.” Padahal ilmu adalah pelita dalam kegelapan, tidak akan bermanfaat kekuatan fisik tanpa ilmu.
Sebagian lagi tenggelam dalam pembicaraan tentang kondisi politik kontemporer, dunia Facebook, Twitter hingga website-website yang dianggap rujukan dalam ilmu-ilmu Islam pun mengambil bagian yang besar dalam diskusi berita-berita politik, walau sering kali berita-berita tersebut berasal dari sumber-sumber yang tidak jelas, bahkan media-media berpaham pengkafiran dan media-media sekuler.

Ahlus Sunnah yang Penyayang (Catatan Kecil Menjelang Pemilihan Presiden Indonesia 2014)


Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Hatta Rajasa
Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla
Para Calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tahun 2014, alhamdulillaah mereka semuanya muslim -ini yang zhahir, adapun yang tersembunyi adalah urusan mereka dengan Allah ta’ala-, maka saya ingin mendoakan, semoga Allah ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat-Nya, kasih sayang-Nya kepada mereka semuanya.
Makna doa tersebut diterangkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah,
غفر الله لك ما مضى من ذنوبك، ووفقك بالمغفرة فالمغفرة لما مضى من الذنوب، والرحمة والتوفيق للخير والسلامة من الذنوب في المستقبل
“Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepadamu artinya semoga Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah berlalu, dan memberikan taufiq kepadamu untuk meraih ampunan, maka ampunan di sini untuk dosa yang telah berlalu. Dan memcurahkan rahmat serta taufiq kepadamu untuk melakukan kebaikan dan selamat dari dosa-dosa di masa yang akan datang.” [Syarhu Tsalatsatil Ushul, hal. 19]

Dakwah Salafiyah sebagai Solusi, Jangan Kau Nodai


(Tanggapan atas tulisan Saudara Mu*****)
بسم الله الرحمن الرحيم
Sebelumnya saya ucapkan juga juzita khairan atas komentar-komentar anda dan “Ahabbakallahu alladzi ahbabtani lahu”. Setelah saya cermati tulisan anda, ada beberapa hal yang perlu diluruskan :
1- Seandainya anda membaca dan memahami apa yang saya tulis dengan cermat dan teliti, maka anda tidak gegabah dan tidak tergesa-gesa serta tidak banyak berkomentar dan menanggapi sehingga bisa mengkaburkan bahkan melegalkan kebatilan. Semisal, ketika penulis mengatakan : “Berbagai elemen masyarakat banyak disibukkan....”. Kemudian anda mengomentari dan menanggapi dengan nada kurang sedap : “Sudah lumrah....siapa yang ragu dengan pengaruh seorang pemimpin terhadap ekonomi, agama dan sisi kehidupan lainnya”. Apakah disibukkannya masyarakat (yang banyak tidak paham aqidah shahihah) dengan politik seperti sekarang ini suatu yang positif atau negatif, wahai saudaraku ?! Sedangkan engkau sendiri mengatakan ketika mengomentari nasehat Syaikh Ali As-Salafi point (12) : “Penulis melihat, para dai memang seharusnya tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang menjadikan dia sibuk dengan selain ilmu dan dakwah....”. Bahkan engkau juga setuju dengan ucapan Syaikh Muqbil yang mencela hizbiyah karena disibukkan dengan politik. Namun mengapa ketika penulis mencela orang-orang tersebut yang sibuk dengan politik anda tidak terima dan berkomentar seperti di atas?!

Friday, May 30, 2014

Wahai Salafi, Inginkah Engkau Masuk Kubangan Politik ???!!!


Oleh
Ustadz Abu Nafisah Abdurrahman Thayib
(DOSEN PENGAJAR TETAP STAI ALI BIN ABI THALIB SURABAYA)

بسم الله الرحمن الرحيم
Pada hari-hari seperti ini kita mendapati pembahasan seputar pemilu 2014 sebagai pembahasan terhangat diberbagai media massa dan media elektronik. Berbagai elemen masyarakat banyak disibukkan dengannya, mulai dari pakar politik hingga orang awam. Pembahasan tersebut seolah menjadi menu dan bahan obrolan yang sangat amat mengasyikkan hingga menyita banyak waktu, tenaga, pikiran bahkan harta mereka. Tapi ini tidak asing bagi mereka dan di dalam dunia mereka.
Namun yang sangat disayangkan, penyakit di atas menular pula ke dalam diri orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai pengikut Dakwah Salafiyah yang murni dari kotoran politik ini atau mungkin ada juga yang sebagai penyusup ke dalamnya tanpa disadari. Kita lihat sebagian mereka berdebat kusir tentangnya di majlis-majlis obrolan, FB,WA dan internet. Sebagian lagi bahkan melakukan apa yang diistilahkan dengan kampanye hitam untuk mendukung salah satu capres dan menjatuhkan yang lainnya[1]. Setiap hari menyeru umat untuk masuk kandang politik. Sebagian lagi bahkan menulis “Mungkinkah seorang salafi masuk dalam parlemen ? Jawabnya mungkin”. Bahkan dia juga mengatakan “Mungkinkah Salafiy membentuk partai?”Jawab saya : “Mungkin”. Na’udzu billahi min dzalik. Sebagian lagi meramal dengan ramalan yang batil yang muncul dari pemikiran yang kerdil dan picik “Jika….jadi presiden bisa jadi salafi akan dilarang sebagaimana Ikhwanul Muslimin[2] dilarang di Mesir”.
Apakah ini yang diinginkan oleh para ulama yang berpendapat bolehnya ikut pemilu karena untuk memilih yang lebih ringan madharatnya???!!! Apakah ini yang juga difatwakan dan dipratekkan oleh para ulama tersebut???!!! Ataukah ini telah keluar batas dari fatwa mereka ???!!! Ataukah mereka sudah menganggap diri sebagai ulama yang siap berijtihad setiap saat???!!![3] Apakah karena gelar atau popularitas yang tinggi hingga mereka lupa diri???!!! Laa haula wa laa quwwata illa billahi.
Inilah fenomena yang amat memprihatinkan sekarang ini dalam Dakwah Salafiyah di negeri ini. Hari-hari yang dulu sejuk dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta atsar salafushshaleh berganti dengan isu-isu politik yang panas, kotor dan keji[4]. Pembahasan tauhid Asma’ Wa shifat terkalahkan dengan permainan nama-nama capres.
لِمِثْلِ هَذَا يَذُوْبُ القَلْبُ مِنْ كَمَدٍ إِنْ كَانَ فِيْ القَلْبِ إِسْلَامٌ وَإِيْمَانُ
Karena inilah hati meleleh dengan kesedihan
Jika dalam hati itu masih ada keislaman dan keimanan
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. [Ali–Imran/3 : 8]
Inilah fenomena baru yang menyusup dalam Dakwah Salafiyah di negeri yang kita cintai ini –semoga Allah menganugerahkan pemimpin yang terbaik bagi Islam dan kaum muslimin di negeri ini-. Bahkan salah satu saudara kita hafidzahullahu berkata : “Ini merupakan fitnah besar selama Dakwah Salafiah di Indonesia. Ini masalah besar umat, kok beraninya beberapa ustadz berfatwa”[5]. Tidakkah mereka takut menjadi orang-orang yang mencontohkan dalam Islam jalan kejelekan hingga dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya ?![6] Nas’alullaha As-Salaamah wa A’fiyah.

Saturday, May 17, 2014

Berdakwah dengan Hikmah dan lemah lembut

Mengambil Faidah Hadist Jibril


عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]



Download rekamam kajian yang mmebahas faidah dari hadist jibril
Download MP3
isi rekaman seputar faidah berdakwah lemah lembut dan mengejarkan ilmu dengan lemah lembut dan hikmah

Friday, May 16, 2014

SELEBARAN FATWA POLITIK


SELEBARAN FATWA POLITIK
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Oleh : Redaksi Majalah Al-Furqon
Telah beredar sebuah selebaran berjudul "Fatwa Politik” yang berisi fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Selebaran fatwa enam halaman itu diterjemahkan oleh Normal Sho’iman dari buku “Fatawa wa Kalimaat fi Hukmi Al-Musyarakah bi Al-Barlamanaat” karya DR Abdur Razzaq [1] bin Khalifah Asy-Syaayiji. Inti dan maksud selebaran tersebut adalah untuk mencuatkan opini bahwa kedua syaikh tersebut membolehkan masuk parlemen. Hal itu membuat banyak diantara saudara kami bertanya-tanya dan mengharapkan tanggapan kami mengenai selabaran tersebut.
Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah, kami penuhi harapan mereka walau secara ringkas. Semoga menjadi jelas bagi orang-orang yang ingin mencari kebenaran.
PERTAMA : APAKAH ANDA MENGENAL PENULISNYA ?
[1]. DR Abdur Razzaq bin Khalifah Asy-Syayiji bukanlah penulis yang terpercaya. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali berkata tentangnya pada hari senin 17 Dzul-Qo’dah 1421H di Surabaya : “Dahulu dia termasuk orang yang menisbatkan dirinya kepada manhaj salaf dan termasuk salah satu anggota dalam sebuah Jam’iyah Islmiyah. Namun tatkala kedok Abdur Rahman Abdul Khaliq terbongkar, maka mereka terpecah belah dan menamakan diri dengan ‘Salafiyah Ilmiah” lalu berhubungan dengan Muhammad Surur dan para hizbiyyin lainnya. Ringkasnya orang ini adalah politikus hizby sekalipun dia mengaku bermanhaj salaf”. Demikian pula dikatakan para masyaikh dakwah salafiyyah lainnya.
[2]. DR Abdul Razzaq satu pemikiran dengan syaikh Abdur Rahman Abdul Khaliq, murid dan sahabat karibnya sedangkan Abdur Rahman Abdul Khaliq sendiri adalah orang yang menyimpang karena terjun dalam kancah politik praktis sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, salah satunya adalah Syaikh Al-Alamah Abdul Aziz bin Baz sendiri dalam Majmu Fatawanya 8/140-246. Tapi adakah para hizbiyyun mengetahuinya ?!! Menerima apalagi menyebarkannya ?!! Sekali-kali tidak, mereka hanya menyebarkan fatwa ulama apabila mendukung hawa nafsu mereka sebagaimana kebiasaan ahli bid’ah. Sungguh benar Al-Imam Asy-Syaukani tatkala berucap dalam kitabnya “Adab Thalab” hal.43 : “Termasuk tradisi ahli bid’ah sepanjang masa bahwa mereka sangat gembira dengan munculnya fatwa dan ucapan seorang ulama (apabila mendukung hawa nafsu mereka-pent), mereka sangat bersemangat dalam menyebarkannya, mereka menjadikannya sebagai senjata untuk menguatkan kebid’ahan mereka dan menyerang orang yang mengingkari mereka dengan fatwa tersebut.
KEDUA : KESALAHAN PENERJEMAH
Penerjemah selabaran ini telah mengikuti hawa nafsunya dan menulis apa yang mendukung pendapatnya saja, jauh dari amanat ilmiah dan keadilan. Hal ini ditinjau dari dua segi :
[1]. Penerjemah hanya menukil fatwa ulama yang terkesan membolehkan masuk parlemen tanpa menukil fatwa ulama yang melarangnya secara tegas seperti Syaikh Al-Albani, padahal juga tercantum dalam kitab aslinya. Mengapa penerjemah tidak menukilnya ?!!
[2]. Kesimpulan isi selebaran tersebut berbeda dengan buku aslinya. Dalam buku aslinya hal. 139 : Syaikh DR Abdur Razzaq menyimpulkan pada akhir bahasan : “Hendaknya diketahui bahwa ini adalah masalah kontemporer dan insidental pada zaman sekarang …. Sekalipun mereka berselisih, tetap mendapat pahala karena ini adalah masalah ijtihadiyah, yang mana penilaian mashlahah dan mafsadahnya berbeda-beda menurut pandangan satu ulama dengan ulama lainnya…”
Sedangkan kesimpulan selebaran tersebut adalah boleh begitu saja, tanpa perselisihan pendapat sebagaimana difahami oleh setiap pembaca.
[3]. Penerjemah hanya memperhitam kalimat-kalimat yang mendukung pendapatnya saja tanpa memperhatikan syarat-syarat yang ditetapkan oleh kedua Syaikh tersebut. Semoga Allah merahmati Imam Waki’ bin Jarrah tatkala mengatakan.
“Artinya : Ahli ilmu menulis apa yang sesuai dengan mereka dan yang tidak sesuai, sedangkan pengekor hawa nafsu tidak menulis kecuali apa yang sesuai hawa nafsu mereka ! (Dikeluarkan Imam Daruquthni dalam Sunannya 1/26)
KETIGA : ISI FATWA

Sunday, May 11, 2014

4 Faidah Emas imam An Nawawi dalam Bermasyarakat



ليس منا من لم يرحم صغيرنا و يوقر كبيرنا
 “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak mengasihi yang lebih kecil dan tidak menghormati yang lebih besar”. (HR. At-Tirmidzi dari sahabat Anas rodhiyallahu ‘anhu dan dishohihkan oleh Al Albany di Shohih Al Jami’ no. 5445)
Download Rekaman kajian Mp3 bagaimana seorang muslim ber ahlak yang baik dalam hidup bermasyarakat. Dalam kajian dibahas secara tuntas sikap seorang muslim dalam meneladani generasi salaf dalam bermasyarakat.
Link download klik link di bawah ini:
Download MP3

Friday, March 28, 2014

Silaturahim Connecting People

Download Rekaman Kajian hadist di bawah ini bersama Ustadz Taufik Badri membahasa kitab adabul Mufrad,   link download, silakan klik "Download MP3"

29. Keutamaan Menjalin Silaturrahim dengan Kerabat yang Zhalim 35

50/69. Dari Al Bara' berkata, "Seorang Arab Badui datang lalu berkata, 'Wahai Nabi Allah! ajarkanlah suatu amal yang bisa memasukkan aku ke surga?, Rasulullah menjawab,
٥٠/٦۹ -  لَئِنْ كُنْتَ أَقْصَرْتَ الْخُطْبَةَ لَقَدْ أَعْرَضْتَ الْمَسْأَلَةَ، أَعْتِقِ النَّسَمَةَ، وَفُكَّ الرَّقَبَةَ، قَالَ: أَوَ لَيْسَتَا وَاحِدًا؟ قَالَ" لاَ عِتْقُ النَّسَمَةِ أَنْ يَعِْتِقَ النَّسَمَةِ وَفّكُّ الرَّقَبَةِ اَنْ تُعِيْنُ عَلَى الرَّقَبَةِ، وَالْمُنِيْحَةُ الرُّغُوْبَ، وَالْفَيْءُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ فَأُمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ، وَإِنْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ فَكُفَّ لسَانَكَ إِلاَّ مِنَ لْخَيرِِ  

'Jika engkau meringkas khutbah (pembicaraan), maka engkau telah memaparkan persoalan, merdekakanlah budak, dan bebaskanlah budak.' Arab Badui itu bertanya, 'Bukankah keduanya itu satu (sama)?' Nabi menjawab, "Tidak, memerdekakan budak adalah melepaskan budak dan membebaskan budak adalah memberi pertolongan kepada budak dan kepada unto yang susunya, dan memberi harta Ja'i (rampasan perang) kepada kerabat. Jika anda tidak mampu melakukan hal itu, maka serulah kebaikan dan cegahlah kemungkaran. Jika tidak mampu, maka jagalah lisanmu kecuali dari kebaikan'."
Shahih -Ta'liqur Raghib (2/47), Al Misykah (3384)

30. Menjalin Silaturrahim kepada Seseorang pada zaman Jahiliyyah kemudian Dia Masuk Islam 36



51/70. Dari Hakim ibnu Hizam, bahwasanya dia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
٥۱/٧٠  -  أنه قال للنبي صلى الله عليه وسلم أَرَأَيْتُ أُمُوْرًا كُنْتُ أَتَحَنَّثُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ صِلَةٍ وَعَتَاقَةٍ وَصَدَقَةٍ فَهَلْ لِي فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: حَكِيْمٌ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْلَمْتَ عَلَى مَا سَلَفَ لَكَ مِنْ خَيْرٍ      
"Bagaimana pendapatmu tentang perbuatan yang aku lakukan pada masa Jahiliyyah, seperti silaturrahim, memerdekakan budak, dan sedekah. Apakah aku mendapatkan pahala dari hal-hal tersebut?," Hakim berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Engkau akan menerima pahala kebaikan yang telah engkau lakukan'."

Shahih, di dalam kitab As-Silsilah Ash-Shahihah (248). (Bukhari, 24- Kitab Az-Zakat, 24- Bab Man Tashaddaqa Fisy-Syirki Tsumma Aslama). Muslim, 1- Kitab Al lman, hadits 194,195,196).
31. Silaturrahim kepada Kerabat yang Musyrik dan Memberi Hadiah-37


52/71. Dari Ibnu Umar, bahwa Umar melihat pakaian yang bercampur dengan sutera, lalu dia berkata, "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Alangkah baiknya jika engkau membelinya lalu memakainya pada hari jum'at atau ketika menerima utusan yang mengunjungimu." Rasulullah menjawab.
٥٢/٧۱  - يَا عُمَرَ! إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ ثُمَّ أَهْدِىَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا حَلَلٌ فَأَهْدَى إِلَى عُمَرَ مِنْهَا حُلَّةً فَجَاءَ عُمَرَ إِلَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلُ اللهِ بَعَثْتَ إِلَىَّ هَذِهِ وَقَدْ سَمِعْتُكَ قُلْتَ فِيْهَا مَا قُلْتَ! قَالَ: إِنِّي لَمْ أُهْدِهَا لَكَ لِتَلْبِسَهَا إِنَّمَا أَهْدَيْتُهَا إِلَيْكَ لِتَبِيْعَهَا أَوْ لِتَكْسُوْهَا. فَأَهْدَاهَا عُمَرَ لأَِخُ لَهُ مِنْ أُمِّهِ مُشْرِكٌ   

"Wahai Umar pakaian ini hanya dipakai oleh orang yang tidak mendapatkan bagian (di akhirat)." Kemudian, (suatu hari) dihadiahkan kepada Nabi beberapa potong dari pakaian tersebut, lalu Nabi menghadiahkan salah satunya kepada Umar. Kemudian Umar mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah! anda mengirim pakaian ini kepadaku, padahal aku telah mendengar engkau telah berkata apa yang engkau katakan tentangnya," Rasulullah r berkata, "Sesungguhnya aku tidak menghadiahkannya kepadamu agar engkau memakainya, melainkan aku menghadiahkannya kepadamu agar engkau menjualnya atau memberikannya kepada orang lain." Kemudian Umar menghadiahkan pakaian itu kepada saudaranya seibu yang (masih) musyrik.

Shahih, di dalam kitab Shahih Abu Daud (987). (Bukhari, 11-Kitab Al Jum'ah, 7- Bab Yalbasu Ahsana Ma Yajidu). Muslim, 37- Kitab Alul-Libas waz-Zinah, hadits 6, 7,8, 9)

Friday, March 21, 2014

Ketika Nyawa di Kerongkongan


وعن أبي عبد الرحمن عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه
وسلم قال: " إن الله عز وجل يقبل توبة العبد ما لم يغرغر" ((رواه الترمذي وقال: حديث
حسن)).
18. Dari Abu Abdur Rahman yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallahu
'anhuma dari Nabi , beliau bersabda:

"Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla itu menerima taubatnya seseorang hamba selama
ruhnya belum sampai di kerongkongannya - yakni ketika akan meninggal dunia."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

download syarah hadist tersebut di:

Download MP3

Friday, March 7, 2014

Kisah Jiwa Penyejuk Jiwa


"KISAH CINTA PENYEJUK JIWA"


Berikut ini merupakan rekaman MP3 kajian yang di adakan pada tanggal 30 januari 2014 di madiun bersama Ustadz Hafidz Al Mustafa Lc (pengajar Pondok Pesantren AL Furqon Gresik).
Pembahasan mengenai kisah kisah cinta yang ada pada generasi salafus sholeh
Download MP3 

Sunday, January 19, 2014

Tabligh Akbar "Keajaiban islam"

Download Rekaman Tabligh Akbar 

Syaikh Dr.ibrahim Al Muhanna 



Alhamdulillah telah di beri kesempatan untuk mendapatkan tamu dari negeri Saudi Arabia, Seorang Doktor dan Direktur sebuah sekolah Tahfidz di Riyadh, Saudi Arabi. Pada tanggal 19 January 2014 beliau berkesempatan untuk mengisi Tabligh Akbar di Ma'had Darul Fiqri, Ponorogo, Jawa timur yang bertemakan keajaiban islam.

Beliau, Syaikh Dr. ibrahim Al Muhanna memaparkan materi bagaimana indahnya islam dan ajaibnya islam. Selain itu juga memaparkan tips tips meraih kebahagian hidup di dunia. Dan tak kalah penting beliau juga menyampaikan tips menghapal Al qur'an yang belia terapkan di sekolah yang beliau pimpim. 
Betapa luar biasa ketika seseorang menerapkan tips tips menghapal Al qur'an yang beliau sampaikan seseorang bisa menghapal Qur'an paling lama cukup 6 Tahun...!!!!
Anda penasaran???
langsung saja Download Rekaman Kajiannya

DOWNLOAD MP3

Friday, January 3, 2014

ISTRIKU SAKIT.




Ingat beberapa bulan yang lalu, kami mmg tidak memiliki keluarga lain disini, Aku, istriku dan satu balita, hanya kamilah kekuatan rantai dalam keluarga super kecil ini. Hari itu kami menghitung penghasilan kami, Alhamdulillah terkumpul satu juta seratus tujuh puluh sekian ...., tapi ini bukan pendapatan harian, selama 2 bulan, inilah uang kami yg terkumpul. Alhamdulillah kami masih diberi rizqi yg cukup oleh Allah.

Suatu hari, karna kelelahan, istriku sakit. lalu kami ke dokter.
Aku sangat prihatin. Tapi sebagai lelaki tangguh yang sudah merasa cukup dewasa dan pernah hidup di sikon yg lebih keras saatnya aku membuktikan ketrampilanku untuk menggantikan posisi istri. Hari itu juga aku menjelma sebagai seorang Ibu rumah tangga dan juga tidak melepaskan atributku sebagai bapak dan pemimpin rumah tangga.

Pagi hari aku pergi kepasar belanja urusan dapur, sayur, bawang, saledri, dan seperempat daging ayam. Aku berencana akan membangkitkan selera makan istriku yg lidahnya terasa pahit-pahit. Berkat instruksinya juga aku berhasil memasak menu yg seperti hari2 biasa pernah ia bikinkan. Tapi ada sedikit yg berbeda, yaitu rasanya tidak seperti yg pernah aku rasakan, padahal semua instruksi telah aku jalankan sesuai arahan. Dan anakku si balita (4thn) ogah-ogahan makan. Setelah aku menyuapi anakku, memandikannya, merapikan rumah, piring, pakain kotor dan menyetrika sedikit pakaian yg akan dipakai saja, aku kembali ke aktifitas keseharianku.

Hari berikutnya, seperti kemaren, aku membuat menu yg sama, tapi kali ini dengan caraku, improfisasi memasak, aku merasa sedikit ada bakat terpendam, Tapi hasilnya lebih parah dari yg kemaren, aku sendiri tidak berselera memakannya, akhirnya aku beli lauk yg sudah jadi. Dan anakku semakin tidak berselera makan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...