Sunday, November 20, 2011

SIAPA SAYYID QUTB?


HAKEKAT YANG TERSEMBUNYI [1]



Oleh
Pustaka Al-Furqon Emirat

Bagian Pertama dari Tiga Tulisan 1/3
Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga, dan pada sahabat, serta siapa saja yang mengikuti petunjuknya. Amma ba’du.
Wahai saudaraku yang mengidamkan jalan sunnah, serta keselamatan dari bid’ah-bid’ah dan hizbiyah (fanatik golongan). Inilah sebagian perkataan, yang dikumpulkan untuk anda, agar anda memiliki kejelasan sikap serta dasar ilmu dalam beragama, dan hendaklah anda berhati-hati agar tidak terjerumus dalam perang pemikiran yang penuh dengan dosa. Hal ini telah memenuhi buku-buku orang-orang yang dikenal sebagai para pemikir Islam, semisal Sayyid Quthub yang nisbatnya kepada kelompok Ikhwanul Muslimin.
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz telah berfatwa 2 tahun sebelum beliau wafat, bahwa kelompok Ikhwanul Muslimin dan Jama’ah Tabligh termasuk 72 golongan yang binasa, [2] sebagaimana yang telah ada dalam hadits perpecahan umat [3].
Para ulama sunnah yang terkemuka, sekelas Syaikh Ibnu Baaz, Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syaikh Shalih Al-Fauzan telah memperingatkan dengan keras atas penyimpangan Sayyid Quthub [4]
Berikut ini sebagian contoh kebid’ahan dan penyimpangan aqidah Sayyid Quthub, selamat mencermati:

MENAFSIRKAN KALAMULLAH (AL-QUR’AN) DENGAN MUSIK, IRAMA DAN NYANYIAN NASYID


[1]. Ketika menafsirkan surat An-Najm, Sayyid Quthub mengatakan : “Surat ini secara umum seperti not-not irama musik yang tinggi dan teratur, kata-katanya berirama, begitu juga kalimatnya berirama dan bersajak [5]
[2]. Dia mengatakan tentang tafsir surat An-Naazi’aat : “Allah sampaikan firman-Nya dalam bentuk nada musik”, kemudian Sayyid Quthub mengatakan : “Kemudian tenanglah irama musiknya” [6]
[3]. Dia berkomentar tentang surat Al-Aadiyah : “Irama musik di dalamnya terasa kuat menderum dan berdengung” [7]
[4]. Dia berkata : “Sesungguhnya Daud adalah seorang raja dan nabi. Dia mengkhususkan sebagian waktunya untuk mengurusi kerajaan, menyelesaikan persengketaan antar manusia, serta mengkhususkan sebagian waktunya untuk menyendiri, beribadah, melantunkan nasyid-nasyid untuk mensucikan Allah di dalam mihrob” [8]

DIA MENGATAKAN AL-QUR’AN ADALAH MAKHLUK [9]


[1]. Ketika Sayyid Quthub berbicara tentang Al-Qur’an, dia mengatakan : “Mukjizat Al-Qur’an, seperti perkara segenap makhluk Allah, dan ini seperti penciptaan Allah atas segala sesuatu, serta karya manusia” [10]
[2]. Setelah Sayyidh Quthub membicarakan huruf-huruf yang terputus didalam Al-Qur’an, dia berkomentar : “Akan tetapi, mereka tidak mampu mengarang kitab sebanding denganNya (Al-Qur’an), karena Al-Qur’an itu buatan Allah, bukan buatan manusia” [11]
[3]. Sayyid Quthub mengomentari surat “Shood” : “Huruf shood ini, Allah bersumpah denganNya, sebagaimana Allah bersumpah dengan Al-Qur’an yang banyak mengingatkan. Huruf ini adalah ciptaanNya, Dia-lah yang menjadikannya ada, dan menjadikannya berbentuk suara dalam tenggorokan” [12]
Syaikh Abdullah Ad-Duwaisy rahimahullah membantah perkataan diatas : “Perkataan Sayyid Quthub, bahwa huruf “shood” ini adalah ciptaan Allah, dan Dia-lah yang menjadikannya, adalah perkataan Jahmiyah dan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Adapun Ahlus Sunnah maka mereka berpendapat, bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan (kepada Nabi-Nya), dan bukan makhluk” [13]
[4]. Sayyid Quthub juga mengatakan : “Sesungguhnya Al-Qur’an merupakan suatu fenomena alam, seperti bumi dan langit” [14]

CELAAN SAYYID QUTHUB TERHADAP NABI ALLAH, MUSA ALAIHIS SALAM


Sayyid Quthub berkata :”Marilah kita ambil Musa sebagai perumpamaan seorang pemimpin yang cepat naik pitam ..[15]
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah mengomentari perkataan ini : “Penghinaan kepada seorang nabi adalah suatu kemurtadan” [16]

CELAAN SAYYID QUTHUB TERHADAP PARA SAHABAT NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM


[1]. Sayyid Quthub mengatakan :”Kami condong untuk menilai, bahwa kekhalifahan Ali Radhiyallahu ‘anhu adalah kelanjutan dari kekhalifahan dua syaikh sebelumnya [17]. Adapun masa Utsman Radhiyallahu ‘anhu adalah kekosongan diantara dua masa tersebut” [18]
Kita mohon kepada Allah keselamatan
[2]. Sayyid Quthub mengatakan : “Sesungguhnya Mu’awiyah bersama temannya, yaitu Amr (bin ‘Ash), bisa mengalahkan Ali, bukan karena mereka lebih mengetahui tentang rahasia jiwa dan lebih berpengalaman dalam menentukan tindakan bermanfaat pada waktu yang tepat, akan tetapi keduanya sangat cepat dalam menggunakan semua senjata/cara. Adapun Ali terikat dengan budi pekertinya ketika memilih sarana untuk berselisih. Ketika Mua’wiyah dan temannya menggunakan kedustaan, kecurangan, penipuan, kemunafikan suap serta money politik, maka Ali tdak sanggup untuk turun pada derajat serendah ini. Sehingga tidak perlu heran atas kesuksesan keduanya dan kegagalan Ali. Dan sungguh kegagalan (Ali) ini lebih mulia dari segala kesuksesan” [19]
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah berkomentar : “Ini perkataan yang jelek, ini perkataan yang jelek, celaan terhadap Mu’awiyah, celaan terhadap Amr bin Al-Ash”. Beliau juga berkomentar tentang buku-buku ini, dengan mengatakan :”Sudah sepantasnya, untuk dirobek-robek” [20]
[3]. Pengkafiran Sayyid Quthub terhadap sahabat Abu Sofyan Radhiyallahu ‘anhu.
Sayyid Quthb berkata : “Abu Sufyan adalah seorang lelaki yang bertemu dengan Islam dan kaum muslimin, lembaran-lembaran sejarah mencatatnya, dan dia tidak masuk Islam kecuali telah nampak kemenangan Islam, sehingga Islamnya sebatas bibir dan lisan, bukan keimanan hati dan perasaan. Dan Islam tidaklah masuk kedalam hati lelaki tersebut” [21]
[Disalin dari Shuwar Minal Ghozwil Fikri, Inhirofaat Sayyid Quthub Al-Aqodiyah, diterjemahkan oleh Abu Zahroh Imam Wahyudi Lc, Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 24 Th.V Dzulqo’dah 1427H, Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad As-Salafy Surabaya]
_________
Foote Note
[1]. Dialihbashakan oleh Abu Zahroh Imam Wahyudi Lc dari bulletin terbitan Pustaka Al-Furqon Emirat, berjudul Shuwar Minal Ghozwil Fikri, Inhirofaat Sayyid Quthub Al-Aqodiyah
[2]. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari ahli kitab telah terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan di Neraka dan satu golongan di Surga ; yaitu Al-Jama’ah” [Hadits Riwayat Ahmad dan yang lain. Al-Hafidh menggolongkannya hadits Hasan], pent
[3]. Kaset Syarh Al-Muntaqo
[4]. Silahkan merujuk kepada kaset “Aqwalul Ulama Fi Muallafaat Sayyid Quthub (komentar para ulama terhadap karangan-karangan Sayyid Quthub ,-pent), terbitan tasjilat “Minhajus Sunnah” Swedi – Riyadh
[5]. Fii Zhilalil Qur’an (6/3404) cet. Ke-25 th 1417H
[6]. Idem (6/3811)
[7]. Idem (6/3957)
[8]. Idem (5/3018)
[9]. Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat akan kafirnya orang yang berpendapat bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Jika para pengikut dan pengagum serta simpatisan Sayyid Quthb berpendapat bahwa Imam Ahmad mengkafirkan khalifah Al-Makmun yang menyatakan Al-Qur’an sebagai makhluk, padahal Imam Ahmad tidak mengkafirkannya karena dinilai masih bodoh dan memiliki syubhat, maka hendaklah mereka mengkafirkan idolanya terlebih dahulu, jika mereka merasa sebagai pengikut Ahlus Sunnah bukan pengikut ahlul bid’ah. Akan tetapi saya yakin, mereka tidak akan mengkafirkan idolanya, sehingga dari sinilah akan tersingkap topeng muka dua yang mereka kenakan, Alhamdulillah !!(pent).
[10]. Fii Zhilalil Qur’an (1/38)
[11]. Idem (5/2719)
[12]. Idem (5/3006)
[13]. Al-Maurid Az-Zullat Fit Tanbih Ala Akhthoi Tafsir Adh-Dhilaal, hal.180
[14]. Fii Zhilalil Qur’an (4/2328)
[15]. At-Tahwir Al-Fanny hal. 200
[16]. Silahkan merujuk kepada kaset “Aqwalul Ulama Fi Muallafaat Sayyid Quthub” (komentar para ulama terhadap karangan-karangan Sayyid Quthub), terbitan tasjilat “Minhajus Sunnah” Swedi – Riyadh.
[17]. Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma (-pent)
[18]. Al-Adalah Al-Ijtima’iyyah hal. 206
[19]. Kutub wa Syakhsiyyat hal. 242
[20]. Silahkan merujuk kepada kaset “Aqwalul Ulama Fi Muallafaat Sayyid Quthub” (komentar para ulama terhadap karangan-karangan Sayyid Quthub), terbitan tasjilat “Minhajus Sunnah” Swedi – Riyadh
[21]. Majalah “Al-Muslimun” edisi 3 tahuun 1371H

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...