Oleh: Ustadz Abu Adib

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah –rahimahullah- berkata dalam risalah beliau yang berjudul“Ighatsatul Lahfaan”, bahwasanya Allah mengkhabarkan tentang musuh-Nya (yaitu) Iblis -la’natullah-, ketika Allah menanyainya tentang enggannya Iblis untuk sujud kepada Adam -’alaihissalaam- dengan alasan bahwa Iblis merasa lebih baik dan mulia dari pada Adam -’alaihissalaam-. Yang kemudian Allah mengeluarkannya dari surga. Maka Iblis berkata : “Ya Allah, beri tangguhlah saya sampai hari kiamat”, maka Allah mengabulkannya.
Berkatalah musuh Allah dalam surat Al-A’raf ayat 16-17, yang artinya :
“Karena Engkau telah menghukumi kami sesat, maka sungguh aku akan mengalangi manusia dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian akan aku datangi dari arah depan mereka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur (taat)”.
Didalam ayat tersebut sangatlah jelas memberikan pengertian kepada kita, betapa semangatnya Iblis untuk menghalangi manusia dari jalan Allah yang lurus. Empat cara akan ditempuh Iblis untuk menghalangi manusia dari shirathal mustaqim.
Terjadi silang pendapat di kalangan para ‘Ulama tentang arti shiraathal mustaqim. ‘Abdullah Ibnu ‘Abbas  menyatakan bahwa shirathal mustaqim adalah dienul haq (agama yang benar). Sedangkan ‘Abdullah Ibnu Mas’ud  menyatakan bahwa shirathal mustaqim adalah kitabullah (Al-Qur’an). Jabir bin ‘Abdullah  menyatakan bahwa artinya adalah Al-Islam. Dan Mujahid d menyatakan artinya adalah Al-Haq.
Ibnul Qayyim lebih jauh berkata bahwa dari pendapat-pendapat para shahabat di atas tentang makna shirathal mustaqim adalah hampir sama. Yaitu, jalan yang mengantarkan kepada Allah Ta’ala. Itulah makna shirathal mustaqim. Jalan inilah yang ingin diputus oleh Iblis la’natullah, yang dalam surat Al-A’raf Iblis berkata akan menempuh 4 cara untuk memutusnya.
Langkah pertama, Iblis akan mendatangi dari arah depan. Berkata Hasan Al-Bashri ;“Maksudnya adalah dari sisi akheratnya”. Yakni, Iblis akan mengilhamkan kepada bani Adam agar bani Adam ragu dengan hari kebangkitan, ragu dengan surga, ragu dengan neraka, dan ragu dengan perkara-perkara akherat lainnya. Dan sulit kita gambarkan kerusakan yang akan terjadi kalau sampai misi ini berhasil.
Langkah kedua, Iblis akan mendatangi bani Adam dari arah belakang mereka. Berkata ‘Abdullah Ibnu ‘Abbas  : “Maksudnya adalah aku akan jadikan bani Adam itu agar sangat mencintai dengan dunia mereka”. Langkah ini hampir sama dengan langkah yang pertama. Kejelekan yang akan terjadi kalau bani Adam sudah ragu dengan akheratnya tentu mereka akan meninggalkan urusan akheratnya. Begitu pula kalau bani Adam sangat cinta dengan dunia, maka mereka pun meninggalkan urusan akheratnya.
Langkah ketiga, Iblis akan mendatangi Bani Adam dari arah kanan mereka. Berkata ‘Abdullah ibnu Mas’ud  bahwa maksudnya adalah Iblis akan samarkan urusan agama mereka. Maksudnya, Iblis akan menjadikan agar bani Adam ragu terhadap kebenaran, ragu terhadap Al-Qur’an, ragu terhadap kerasulan Muhammad -shalallahu ‘alaihi wassalam-, dan lain-lain.
Lebih jauh lagi, Ibnu ‘Abbas d mengatakan bahwa Iblis akan mendatangi dari arah kanan maksudnya adalah dari kebaikan-kebaikannya. Iblis akan membuat ragu dari amal kebaikan-kebaikannya.
Dan langkah yang keempat, Iblis akan datangi bani Adam dari kiri mereka. Berkata Al-Hasan Al-Bashri : “maksudnya adalah Iblis akan datang dari sisi kejelekan-kejelekannya”. Iblis akan memerintahkan manusia untuk melakukan kejelekan, dan Iblis akan menghias-hiasi kejelekan-kejelekan ini agar nampak indah di mata manusia. Sehingga manusia mencintai kejelekan yang mereka lakukan, bahkan mereka bangga dengan kejelekan tersebut.
Para pembaca yang mulia, jika kita perhatikan dengan seksama dari 4 langkah iblis di atas, maka akan nampak sekali bahwa Iblis  akan mudah sekali memperdaya manusia, jika tidak berhati-hati dan berbekal ilmu (agama) yang shahih (benar).
Di jelaskan oleh ‘Abdullah ibnu ‘Abbas  kenapa syaithan tidak menyatakan “Aku akan datangi bani Adam dari atas mereka”. Karena, syaithan mengetahui bahwa Allah ada  di atas mereka. Hal ini menunjukkan pengertian bahwa ketika Allah ingin menurunkan Rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya, maka tidak ada satu makhluk pun yang mampu untuk menghalangi Rahmat tersebut. Oleh karena itu, hendaknya setiap manusia untuk selalu meminta Rahmat kepada Allah Ta’ala.
Demikianlah pembaca yang budiman, semoga risalah ini bermanfaat.
Rujukan           : Ighatsatul Lahfaan karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
(Buletin Istiqomah Edisi 21, Masjid Jajar, Solo Dalam Rubrik: Aqidah)