Monday, August 5, 2013

Ada apa dengan SURURIYYAH???


بسم الله الرحمن الرحيم

RINGKASAN UCAPAN ULAMA UMMAH
TENTANG KESESATAN SURURIYYAH

Disusun Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Aluth Thuri Al Qudsi Al Indonesia-semoga Alloh menjaganya-
(Markaz Induk Darul Hadits Dammaj Yaman –Harosahallohu-)
Dengan Muroja’ah:
Para Masyayikh dan Pengajar Markaz Induk Darul Hadits Dammaj Yaman –Harosahallohu-:
Asy Syaikh Al Fadhil Al Faqih Jamil Bin Abdah Ash Shilwi -hafidzhahulloh-
Dan Asy Syaikh Al Fadhil  Abu Amr Abdul Karim Al Hajuri -hafidzhahulloh-
Dan Asy Syaikh Al Fadhil Al Mujahid Muhammad bin Husain Al ‘Amudi Al ‘Adni -hafidzhahulloh-

Pendahuluan
Segala pujian yang sempurna bagi Alloh Yang telah berfirman:

}وما أمروا إلا ليعبدوا اللَّه مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة وذلك الدين القيمة{

“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka beribadah kepada Alloh dalam keadaan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan condong dari kesyirikan kepada tauhid, dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat, dan itulah agama yang lurus.” (QS Al Bayyinah 5(
Dan aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, yang bersabda:

إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى. فمَنْ كانت هجرته إِلَى اللَّه ورسوله فهجرته إِلَى اللَّه ورسوله، ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إِلَى ما هاجر إليه

“Sesungguhnya amalan itu hanyalah sesuai dengan niatnya, dan hanyalah setiap orang itu akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa hijrohnya itu kepada Alloh dan Rosul-Nya maka hijrohnya itu adalah kepada Alloh dan Rosul-Nya dan barangsiapa hijrohnya itu kepada dunia yang akan diperolehnya atau perempuan yang akan dinikahinya maka hijrohnya itu adalah kepada apa yang diniatkannya.” (HSR Al Bukhori dan Muslim).
Wahai Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya, kemudian daripada itu:
Maka sesungguhnya Allah ta’laa berfirman :

}وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِين{ .

“Dan demikianlah kami memperinci ayat-ayat dan agar jelaslah jalan orang – orang yang jahat.”
Dan Hudzaifah ibnul Yaman radhiyalloh `anhuma berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي. الحديث

“Dulu orang-orang bertanya kepada Rosululloh -shalallohu ‘alaihi wa sallam- tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena aku takut akan menimpa diriku (al hadits)” (HSR Al Bukhori dan Muslim)

Para imam – penjaga agama- zaman ini telah menulis kitab-kitab yang menyingkap kebatilan sururiyah dan memperingatkan umat akan bahaya mereka. Dan Alloh azza wajalla dengan kitab-kitab tadi telah menyelamatkan banyak sekali umat Islam dari cakar dan taring mereka.
Akan tetapi ada dari kalangan umat Islam dua kelompok muslimin yang senang kepada kebaikan, yang mana semangat dan pengetahuan mereka tidak seberapa kuat sehingga mereka mengalami sedikit kesulitan dalam mengambil manfaat dari kitab-kitab yang mubarok tersebut. Dua kelompok tersebut adalah orang awam dan para pemula.
Kemudian ada seorang mulia yang memintaku untuk menyebutkan ringkasan kebatilan sururiyah, agar memudahkan pemahaman kedua kelompok umat yang terancam menjadi sasaran para hizbiyyun.
Maka kusambut permintaan tersebut dengan menulis risalah ini sesuai dengan apa yang dimudahkan oleh Alloh ta`ala. Dan risalah ini adalah semacam ujung pena yang menyebutkan ringkasan kebatilan sururiyyun, dengan harapan bisa mempermudah pengenalan terhadap mereka, dan sebagai peringatan akan pentingnya upaya mempertajam pengetahuan tentang fitnah, dan sekaligus menjadi dorongan untuk kembali kepada kitab-kitab ulama yang membantah kesesatan ahlul bid`ah. Dan kitab-kitab tadi adalah salah satu dari sebab-sebab keselamatan umat, tegaknya urusan mereka, lurusnya agama mereka serta sebagai kemuliaan buat mereka.
Beberapa masyayikh dan pengajar Markaz Induk Darul Hadits Dammaj Yaman –Harosahallohu- telah berkenan untuk memeriksa tulisan ini. Mereka tersebut adalah:
1- Asy Syaikh Al Fadhil Al Faqih Jamil Bin Abdah Ash Shilwi -hafidhahulloh- (wakil mufti dan pimpinan Markaz Induk Darul Hadits Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuri -hafidhahulloh-)
2- Asy Syaikh Al Fadhil Abu Amr Abdul Karim Al Hajuri -hafidhahulloh- (pengajar dan penulis banyak kitab yang bermanfaat)
3- Asy Syaikh Al Fadhil Al Mujahid Muhammad bin Husain Al `Amudi Al `Adni -hafidhahulloh- (pengajar dan penulis banyak risalah bantahan terhadap hizbiyyun)
Dan mereka -hafidhahumulloh- telah berkenan untuk memberikan beberapa perbaikan dan tambahan-tambahan yang penting demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga Alloh membalas mereka dengan kebaikan. Ada beberapa nasihat Asy Syaikh Abu Amr Abdul Karim Al Hajuri -hafidhahulloh- yang sangat penting yang akan diterapkan pada edisi berikutnya Insya Alloh.
Hanya dari sisi Alloh sematalah taufiq itu.
Bab Pertama:
Waspadalah Terhadap Pemikiran Yang Menyerupai Kebenaran, Dari Kalangan Musuh-Musuh Yang Menyamar Sebagai Ahlul Haq
Imam Al Hafidh Abdul Ghoni bin Abdul Wahid Al Maqdisi -rahimahulloh- berkata: “Ketahuilah -rahimakalloh- bahwasanya Islam dan Muslimin tertimpa musibah dari tiga golongan:
1-         Satu kelompok yang menolak hadits-hadits sifat Alloh dan mendustakan para perawinya. Mereka ini lebih berbahaya terhadap Islam dan Muslimin daripada orang-orang kafir.
2-         Satu kelompok yang yang mengakui keshahihan hadits-hadits tersebut dan menerimanya, tapi menta`wilinya (memalingkan maknanya dari lafazh lahiriyahnya tanpa dalil). Maka mereka ini lebih berbahaya daripada kelompok pertama.
3-         Kelompok ketiga yang menjauh dari dua pendapat pertama, dan memilih –dengan persangkaan mereka- pendapat yang mensucikan Alloh, dan mereka itu dusta dengan ucapan tadi, karena sikap tadi secara kenyataan menjerumuskan mereka kepada dua pendapat pertama (ingkar dan ta`wil). Dan mereka ini lebih besar bahayanya daripada dua kelompok pertama.
(“Aqidah Al Hafidh Abdul Ghoni bin Abdul Wahid” hal. 121 lihat “Naqdur Rijal” hal. 113-114)
Syaikh Robi` bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- setelah menyebutkan musuh ahlul haq wat tauhid dari kalangan ilmaniyyun (sekuler), yahudi, nashoro, komunis dan ahlul bida` yang sesat dari kalangan ahlil khurofat, hizbiyyun dan harokiyyun, beliau berkata:
“Dan yang paling kuat tusukannya dan paling keras pengaruhnya adalah ahlul bida` yang menyimpan dendam, karena mereka itu dengan makar dan tipu dayanya serta baju sunnah yang mereka pakai bisa masuk ke seluruh markaz, menerobos lewat setiap saluran dari sekolah-sekolah, kampus-kampus dan masjid-masjid dan sebagainya. Maka mereka bisa membentuk suatu generasi yang membawa pemikiran mereka –semuanya atau sebagiannya- dengan sengaja ataupun tidak. Maka generasi yang telah mereka latih dan mereka bentuk dengan pengawasan langsung mulai bergerak dan menyeru kepada pemikikiran mereka dan membelanya dengan kegiatan di sana-sini di kampus dan sekolah dalam suasana yang susah ini. Yang mana dakwah Alloh butuh kepada pria-pria yang cemburu dan mengangkat bendera dakwah dengan kuat dan tekad untuk menyerang kavaleri kebatilan, tipu daya dan makar, sehingga bisa mengusir balik mereka sampai mundur ke belakang dengan hina.
Tiba-tiba saja ada suara-suara naik dengan membawa nama salafiyyah dan keadilan untuk orang-orang yang mereka gambarkan terdholimi dari kalangan ahlil bida` yang memerangi ahlussunnah wat tauhid di tengah-tengah rumah mereka, dan merusak akal dan akidah dari kebanyakan anak-anak ahlussunnahwat tauhid, dan memperburuk gambar manhaj salafi dan para salafiyyun di mata anak-anak mereka.
Maka mulailah orang-orang yang terkemuka dari generasi tersebut menyerukan manhaj baru dalam mengkritik manhaj-manhaj, dakwah-dakwah dan kitab-kitab serta tokoh-tokoh. Mereka itu mengaku-aku bahwasanya manhaj inilah manhaj yang pertengahan. Maka kebanyakan dari para pemuda dan para penulis mengira bahwa demikianlah adanya bahkan menyatakan bahwa inilah manhaj ahlusnnah wal jama`ah.
Dan beredarlah tulisan-tulisan dari sebagian orang yang menisbatkan diri kepada salaf. Dan kebanyakan para pemuda terpengaruh, terpikat, dan menerimanya karena mereka menyangka bahwa itulah kebenaran dan keadilan. Dan mulailah meresap ke dalam jiwa-jiwa mereka –disayangkan- dalam keadaan mereka itu tidak tahu bahwa manhaj tadi adalah madzhab resapan ke dalam Islam dan muslimin , meresap masuk kepada mereka yang berasal dari musuh-musuh mereka sebagaimana meresapnya pemikiran yang lain ke dalam masyarakat Islam.” (“Naqdur Rijal” hal. 19-20)
Bab Dua
Pendiri Sururiyyah
Sururiyyah adalah firqoh (sempalan) yang dinisbatkan kepada seorang pria haroki (pergerakan) yang bernama Muhammad bin Surur bin Nayif Zainal Abidin yang bermukim di kota kafir London – Inggris. Dulunya dia adalah anggota firqoh khorijiyyah shufiyyah “Al Ikhwanul Muslimin” selama dua puluh tahun, kemudian keluar dari firqoh tersebut dan melontarkan kritikan terhadapnya serta menampakkan sunnahdan membantah beberapa ahli bid`ah sehingga meraih beberapa pujian dari para ulama besar seperti Imam Abdul Aziz ibnu Baz dan Imam Muqbil bin Hadi Al Wadi`i -rahimahumalloh- dan selainnya.
Ketika terjadi krisis teluk muncullah jati diri mereka sebagai khowarij dan nampaklah kebencian mereka yang sangat terhadap Ahlussunnah dan serangan terhadap Salafiyyin sehingga akhirnya kebanyakan para  ulama mengkritik mereka seperti Imam Muqbil bin Hadi Al Wadi`i -rahimahulloh-, Syaikh Sholih bin Fauzan Al Fauzan -hafidhahulloh-, Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- Syaikh Robi` bin Hadi Al Madkholi, Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkholi, dan Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkholi, dan lainnya -hafidhahumulloh-, dan menetapkan bahwa Muhammad bin Surur dan anak buahnya adalah ahlul bid`ah. (sumber penukilan: lihat kitab-kitab yang tersebut pada bab tiga).
Imam Muqbil bin Hadi Al Wadi`i -rahimahulloh- berkata: “Telah terang hakikat bahwasanya mereka itu adalah hizbiyyun, dan melarikan orang dari ulama.” (“Tuhfatul Mujib” hal. 144)
Dan Fadhilatusy Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- berkata: “Maka sesungguhnya aku menasihatkan kepadamu agar engkau menjauhkan diri dari mereka dan lari dari mereka.” (“Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 247)
Dan Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuri -hafidhahulloh- telah menjulukinya sebagai hizbi besar dan bahwasnya dia itu sesat. (“Syar`iyyatun Nush waz Zajr” hal. 46)
Dan ketahuilah bahwasanya Sururiyyah adalah salah satu dari keturunan “Al Ikhwanul Muslimin”, metodenya tidak jauh berbeda dengan metode sang induk. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 145, dan Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- di kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 224 dan 247.
Bab Tiga
Sebagian Sifat Sururiyyah
1- Marah terhadap manhaj Jarh wat Ta`dil yang dengannya terbongkarlah kejelekan hizbiyyun. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 277
2- Bersembunyi di balik nama Salafiyyah. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 144 dan 148, dan Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- di kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 247 dan Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- dalam catatan kaki beliau terhadap kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 239.
Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- berkata tentang sururiyyah: “Memang dia itu adalah jamaah yang benar-benar ada, sekalipun saudara Muhammad Surur mengingkarinya. Jamaah ini ada di negeri Haromain (Makkah dan Madinah), Najd dan Yaman. Dan awal permulaan dari keadaan jamaah ini adalah istiqomah (lurus). Dan sebagaimana perkataan kami yang telah lalu: “Sesungguh seseorang itu bersembunyi dan tidak menampakkan kehizbiyyahannya, kecuali setelah menguat ototnya dan menyangka bahwa kritikan terhadap dirinya itu tidak akan berpengaruh.” (kitab “Ghorotul Asyrithoh” jilid 2 hal. 14)
3- Usaha untuk mengatur jamaahnya dan membentuk Ahlul hall wal `aqd untuk memilih pimpinan jamaah. Ini adalah alamat bahwasanya mereka berusaha untuk membentuk Negara di dalam Negara. Bacalah ucapan Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- dalam catatan kaki beliau terhadap kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 241.
4- Menampakkan baro` (berlepas diri) dari penamaan “Sururiyyah” bersamaan dengan jelasnya keadaan mereka bahwasanya mereka adalah sempalan yang benar-benar ada wujudnya. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Ghorotul Asyrithoh” jilid 2 hal. 14, dan Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- di kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 240 dan Syaikh Abu Hammam Al Baidhoni -hafidhahulloh- dalam kitab “Nubdzatun Yasiroh Min A`lam Jaziroh” hal. 81.
5- Bid`ah “muwazanah” (keharusan untuk menyebutkan kebaikan ahlul bid`ah dalam mengkritik mereka). Bacalah “Tuhfatul Mujib”\Bersama Abdurrahman Abdul Kholiq\ soal 139 milik Imam Al Wadi`i -rahimahulloh-, dan kitab “Manhaj Ahlissunnah Wal Jama`ah fi Naqdir Rijal” karya Syaikh Robi` bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- dari awal sampai akhir, juga kitab “Al Quthbiyyah Hiyal Fitnah” karya Syaikh Abu Ibrohim bin Sulthon Al `Adnani -hafidhahulloh- dari awal sampai akhir.
6- Berkumpul bersama beberapa dari mubtadi`ah, padahal Ulama Salaf telah sepakat untuk melarang yang demikian. Bacalah tulisan Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- dalam catatan kaki beliau terhadap kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 241.
7- Bersemangat dalam mengumpulkan harta atas nama dakwah, padahal tujuannya adalah untuk mendukung hizbiyyah mereka. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 146 dan 202.
8- Menyerang dan merampas sebagian masjid Ahlussunnah di Yaman. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 145.
9- Membangun masjid untuk Shufiyyah, dan berlapang dada terhadap Shufiyyah dalam menggunakan masjid Sururiyyah untuk menyelenggarakan kebid`ahan mereka, tetapi mereka tidak mau berlapang dada untuk para Salafiyyin yang hendak menegakkan sunnah di masjid tersebut. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 147.
10- Meremehkan dan mencerca ulama salaf dan para Salafiyyin yang menyelisihi mereka. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 144 dan 202, dan Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- dalam catatan kaki beliau terhadap kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 245.
11- Melarikan pengikutnya dari ilmu Al Kitab dan As Sunnah sedikit demi sedikit. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 144 dan 202.
12- Melampaui batas dalam mengagungkan fiqhul waqi` sampai bahkan mengejek para ulama Salafiyyin yang menurut mereka hanya tahu Al Qur`an dan Hadits. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 147
13- Perkumpulan rahasia dalam rangka membikin makar terhadap Muslimin dan terutama pemerintah muslimin. Bacalah ucapan Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- di kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 242-243.
14- Berlindung di balik tazkiyah ulama yang tertipu oleh mereka. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 145 dan 202.
15- Jika salah seorang ulama mengkritik kesalahan salah seorang pimpinan mereka dengan dalil-dalil dan keterangan, mereka berkata: “Kami menunggu ulama besar!”
Syaikh Robi` bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- berkata: “Para ulama yang mulia untuk wajib mengetahui bahwasanya para ahlul ahwa wat tahazzub itu memiliki metode-metode yang menakutkan untuk mengumpulkan para pemuda, menguasai akal-akal mereka dan untuk menggugurkan jihadnya para pembela manhaj Salaf dan ahlinya di lapangan. Di antara uslub-uslub makar tersebut adalahmemanfaatkan diamnya sebagian ulama terhadap si fulan dan fulan, walaupun dia itu termasuk orang yang paling sesat. Maka walaupun para kritikus memajukan hujjah yang paling kuat terhadap kebid’ahannya dan kesesatannya, cukuplah bagi orang-orang yang sengaja berbuat salah itu untuk menghancurkan kerja keras para penasihat dan pejuang itu dengan bertanya-tanya di hadapan orang-orang yang bodoh: “kenapa ulama fulan dan fulan diam dari si fulan dan fulan? Kalau memang si fulan itu di atas kesesatan tentulah mereka tak akan tinggal diam dari kesesatannya.” Demikianlah mereka membikin pengkaburan terhadap orang-orang yang bodoh. Bahkan kebanyakan para pendidik dan keumuman orang tidak tahu kaidah-kaidah syar’iyyah dan pokok-pokoknya yang di antaranya adalah: bahwasanya amar ma’ruf nahi mungkar itu termasuk fardhu kifayah. Jika sebagian orang telah menegakkannya, gugurlah kewajiban itu dari yang lainnya.”
“Dan di antara uslub mereka juga adalah mengambil pujian/rekomendasi dari sebagian ulamauntuk orang-orang yang karya tulis mereka, sikap dan kegiatan mereka telah dihukumi jauh dari manhaj salaf, bermusuhan dengan pengikut salaf dan berloyalitas dengan para musuh, dan perkara yang lain. Dan kebanyakan orang tidak tahu kaidah jarh wat ta’dil, dan bahwasanya kritikan yang terperinci itu didahulukan terhadap pujian, karena si pemuji itu membangun pujiannya di atas perkara yang nampak dan baik sangka. Dan si pengritik itu membangun kritikannya di atas ilmu dan kenyataan sebagaimana telah dimaklumi bersama di kalangan para imam jarh wat ta’dil.
Dan dengan dua uslub ini dan yang lainnya mereka hendak menggugurkan kerja keras para penasihat dan perjuangan para pembela sunnah dengan amat mudahnya, dan menjaring masyarakat yang banyak dan bahkan kebanyakan pengajar, dan menjadikan mereka tentara untuk memerangi manhaj salaf dan salafiyyun, dan membela para pemimpin kebid’ahan dan kesesatan.
Alangkah kerasnya perhatian para salafiyyun dalam menjaga dua celah ini, yang wajib bagi para ulama untuk menutupnya dengan kuat, dan memotong bahaya yang diakibatkan oleh dua lubang ini.” (“Al Haddul Fashil Bainal Haqq wal Bathil”/Syaikh Robi’ -hafidhahulloh-/hal. 144)
16- Banyak mengadakan tur (jalan-jalan) untuk memenuhi hasrat hizbiyah mereka. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 147
17- Memancangkan permusuhan terhadap Ahlussunnah. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 144 dan 282, dan Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkholi -hafidhahulloh- di “As Sirojul Waqqod” hal. 101.
Syaikh Robi’ -hafidhahulloh- berkata tentang sururiyyin: “Sungguh mereka telah menyelisihi Salaf di dalam pokok-pokok manhaj yang banyak dan berbahaya, di antaranya adalah: mereka memerangi Ahlussunnah, melarikan orang dari mereka, kitab-kitab dan kaset-kaset mereka, dan kebencian terhadap mereka, memusuhi mereka, serta dendam yang hebat terhadap mereka.” (kitab beliau “As Sururiyyah Khorijiyyah `Ashriyyah” hal. 2)
18- Menuduh para ulama yang menyelisihi mereka dalam kebid`ahan mereka sebagai jamaah takfir. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 146.
19- Semangat dalam memperbanyak pengikut sampai tidak peduli tentang pentingnya Al Wala` wal Baro` (loyalitas dan berlepas diri) dalam manhaj. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 146.
20- Mengkafirkan pemerintah muslim, sebagaimana dalam majalah “As Sunnah” edisi 26 tahun 1413 H halaman 2-3 . Bacalah ucapan Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh- dalam catatan kaki beliau terhadap kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 239.
21- Manhaj mereka adalah manhaj Khowarij (memberontak terhadap pemerintah muslim). Bacalah ucapan Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- di kitab “Mauridul `Adzb waz Zulal” hal. 242-243. juga kitab Syaikh Robi’ -hafidhahulloh- “As Sururiyyah Khorijiyyah `Ashriyyah”.
22- Menyerang akidah Salaf. Bacalah kitab Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkholi -hafidhahulloh- “As Sirojul Waqqod” hal. 101.
23- Usaha memecah-belah Salafiyyin di Yaman, Saudi, dan kebanyakan dari negeri-negeri muslimin. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 144
24- Menuduh Ulama sunnah yang menampakkan Al Haqq bahwasanya mereka itu “Mutasyaddidun” (garis keras). Bacalah yang ditulis oleh Syaikh Abu Hammam Al Baidhoni -hafidhahulloh- di “Nubdzatun Yasiroh Min A`lamil Jaziroh Tarjumatusy Syaikh Muqbil” hal. 115
25- Menuduh Ahlussunnah sebagai golongan yang suka menyebarkan aib. Bacalah yang ditulis oleh Syaikh Abu Hammam Al Baidhoni -hafidhahulloh- di “Nubdzatun Yasiroh” hal. 115
26- Menuduh orang-orang yang menyebarkan kritikan ulama terhadap mereka sebagai orang yang mematahkan tongkat kaum muslimin. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Ghorotul Asyrithoh” jilid 2 hal.18
27- Tamayyu` (cair, lembek dan tidak mantap) dalam manhaj. Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 145.
Dan di antara bentuk lembeknya mereka adalah sbb:
28- Mereka lebih senang dengan nama “Sunnah” daripada nama “Salafiyyah”.
Imam Al Albani -rahimahulloh- berkata tentang penggunaan nama “Ahlussunnah” oleh Muhammad Surur: “Aku telah memperhatikan pemakaian ini di lebih dari satu tempat di kitab-kitab mereka dan secara khususnya di majalah “As Sunnah” yang disebar oleh Muhammad Surur, dan aku merasakan adanya pengumuman pelembekan dakwah Salafiyyah yang tegak di atas dasar Al Kitab dan As Sunnah serta manhaj Salafush Sholih, dan memasukkan seluruh kelompok-kelompok Islam – minimal dari kalangan madzhab yang empat- di dalam area Ahlussunnah wal Jamaah. Kami katakan: “Tidak bisa. Kalimat ini akan masuk ke dalamnya orang-orang yang menyelisihi kami dalam akidah salafiyyah kami.” (“Al Fatawal Manhajiyyah”\pertanyaan keenam\ hal. 35)
29- Memuliakan tokoh-tokoh mubtadi`ah seperti Salman Al `Audah, Safar Al Hawali, Ahmad Ash Shuwayyan, Abdul Majid Ar Raimi, Muhammad Al Baidhoni, dan Abdulloh bin Faishol Ahdal dan lain-lain.
30- Menganjurkan untuk belajar ke markaz Ahlul Bida` seperti Abul Hasan Al Mishri .
Bab Empat
Kapankah Seseorang itu Dinisbatkan kepada Sururiyyah?
1- Jika memiliki sifat-sifat di atas, walaupun sebagian saja.
2- Jika memuji para tokoh Sururiyyah.
Imam Abu Utsman Ash Shobuni -rahimahulloh- menukilkan madzhab Salaf: “Dan mereka bersepakat untuk menundukkan Ahlul Bida`, menghinakan mereka, dan menjauhkan mereka, dan menjauh dari mereka, dan menghindari persahabatan dengan mereka dan pergaulan dengan mereka, dan mendekatkan diri kepada Alloh dengan cara menjauhi mereka dan meninggalkan mereka.” (Aqidatis Salaf Ashabil Hadits” hal. 123)
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz Ibn Baaz -rahimahulloh- ditanya,”Apakah orang yang memuji Ahlul bida` dan menyanjung mereka, berarti juga mendapatkan hukuman seperti mereka?” Beliau menjawab,” Iya, tidak ada keraguan di dalamnya. Orang yang memuji Ahlul bida` dan menyanjung mereka maka dia itu adalah da`i (penyeru) mereka, menyeru orang untuk mengikuti mereka. Orang ini adalah termasuk da`i mereka. Kita mohon kepada Alloh keselamatan.” (“Syarh Fadhlil Islam”\dinukil oleh Kholid Adz Dzufairi -hafidhahulloh- dalam kitab “Ijma`ul Ulama” hal. 137)
3- Menolong mereka dan membela mereka.
Fadhilatusy Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- berkata kepada sebagian “Ikhwanul Muslimin”: “Selama kalian tidak mengingkari kebatilan yang ada di dalam manhaj-manhaj ini, bahkan kalian mengakuinya, membelanya, dan membela pelakunya, maka kalian berhak untuk digabungkan kepada kalian dosa yang ada pada manhaj-manhaj tadi.” (kitab “Ar Roddusy Syar`i” hal. 239 karya beliau)
4- Berkumpul dengan mereka setelah tahu keadaan mereka.
Rosululloh -shalallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكرمنها اختلف

“Ruh-ruh itu adalah tentara yang berkelompok-kelompok. Yang saling mengenal akan saling mendekat, dan yang tidak saling kenal akan saling menjauh.”  (HSR Al Bukhori secara muallaq, dan bersambung di “Al Adabul Mufrod”, dan Imam Muslim si “Shohih” beliau dari Aisyah –radhiyallohu `anha-)
Dan dari Abu Huroiroh bahwasanya Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

«الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ». (سنن أبى داود – (4835) والترمذي (2552))

“Seseorang itu berdasarkan agama teman dekatnya. Maka hendaknya seseorang dari kalian itu memperhatikan dengan siapa dia berteman dekat.” (HSR Abu Dawud (4835) dan At Tirmidzi (2552))
Ibnu Mas`ud  –radhiyallohu `anhu- berkata:

إنما يماشي الرجل ويصاحب من يحبه ومن هو مثله (“الإبانة” لابن بطة /2 /476)

“Seseorang itu hanyalah akan mengajak berjalan dan bersahabat dengan orang disukainya dan yang seperti dirinya” (“Al Ibanah” 2\476\ karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-)
Muadz bin Muadz berkata:

قلت ليحيى بن سعيد: يا أبا سعيد الرجل وإن كتم رأيه لم يخف ذاك في ابنه ولا صديقه ولا جليسه

“Aku berkata kepada Yahya bin Said.”Wahai Abu Said, sesungguhnya seseorang itu walaupun menyembunyikan pemikirannya, yang demikian itu tidak tersembunyi pada anaknya ataupun sahabatnya dan teman duduknya.” (“Al Ibanah” 2\474\ karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-)
Qotadah -rahimahulloh- berkata:

إنا والله ما رأينا الرجل يصاحب من الناس إلا مثله وشكله فصاحبوا الصالحين من عباد الله لعلكم أن تكونوا معهم أو مثلهم

“Sesungguhnya kami –demi Alloh- tidaklah kami melihat seseorang itu mengambil sahabat dari manusia kecuali yang semisal dan seperti dirinya. Maka ambillah sahabat dari kalangan orang-orang yang shalihin dari hamba-hamba Alloh, semoga kalian bisa bersama mereka atau menjadi seperti mereka.” (“Al Ibanah” 2\480\ karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-)
Imam Al Auza`i -rahimahulloh- berkata:

من ستر علينا بدعته لم تخف علينا ألفته

“Barangsiapa menyembunyikan dari kami kebid`ahannya, tidak tersembunyi dari kami teman akrabnya.” (“Al Ibanah” 2\479\ karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-)
Muhammad bin Ubaid Al Ghulabi -rahimahulloh- berkata:

يتكاتم أهل الأهواء كل شيء إلا التآلف والصحبة

“Para Ahlul Ahwa` saling menyembunyikan segala sesuatu kecuali keakraban dan persahabatannya.” (“Al Ibanah” 2\479\ karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-)
Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh- berkata:

فانظروا رحمكم الله من تصحبون ، وإلى من تجلسون ، واعرفوا كل إنسان بخدنه ، وكل أحد بصاحبه ، أعاذنا الله وإياكم من صحبة المفتونين ، ولا جعلنا وإياكم من إخوان العابثين ، ولا من أقران الشياطين ، وأستوهب الله لي ولكم عصمة من الضلال ، وعافية من قبيح الفعال » (“الإبانة الكبرى” لابن بطة  – تحت رقم 46)

“Maka perhatikanlah –semoga Alloh merahmati kalian- siapa yang kalian bersahabat dengannya, dan dengan siapakah kalian duduk, dan kenalilah setiap orang dengan teman dekatnya dan setiap orang dengan sahabatnya. Semoga Alloh melindungi kami dan kalian dari pertemanan orang yang terfitnah, dan jangan menjadikan kami dan kalian termasuk dari kalangan saudara orang-orang yang berbiat sia-sia, ataupun sejawat setan. Dan aku memohon pada Alloh untuk kami dan kalian karunia penjagaan dari kesesatan, dan keselamatan dari perbuatan yang buruk.” (“Al Ibanah” nomor 46 karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-)
Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh- meriwayatkan:

ولما قدم سفيان الثوري رحمه الله البصرة جعل ينظر إلى أمر الربيع – يعني ابن صبيح- وقدره عند الناس، سأل أي شيء مذهبه؟ قالوا: ما مذهبه إلا السنة. قال: من بطانته؟ قالوا: أهل القدر. قال: هو قدري

“Manakala Sufyan Ats Tsauri -rahimahulloh- tiba di Bashroh beliau mulai melihat keadaan Robi` – yakni Ibnu Shubaih- dan martabat dia di kalangan orang-orang. Beliau bertanya,”Apa madzhab dia?” Mereka menjawab,”Tidaklah madzhabnya kecuali As Sunnah.” Beliau bertanya,”Siapakah teman pribadinya?” Mereka menjawab,”Ahlul Qodar.” Beliau berkata,”Dia itu qodari.” (“Al Ibanah” 2\456\ karya Imam Ibnu Baththoh -rahimahulloh-)
5- Mengingkari orang yang mengkritik Sururiyyah dan yang lainnya dari kalangan mubtadi`ah.
Fadhilatusy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi -rahimahulloh- berkata kepada Qodhi Ibrohim bin Hasan Asy Sya`bi –hizbi yang tersembunyi- : “Sesungguhnya pujianmu terhadap mereka, dan udzur yang kau berikan untuk mereka dan pengingkaranmu terhadap orang yang menerangkan penyelisihan mereka terhadap syari`ah Islamiyah pada umumnya, dan terhadap manhaj salaf pada khususnya, dan celaanmu terhadapnya, semua ini termasuk dalil terbesar bahwasanya engkau adalah hizbi besar.” (“Dahrul Hajmah” karya beliau hal.19)
6- Tidak mengingkari Sururiyyah padahal punya kemampuan, ilmu dan kemungkinan bersamaan dengan kebutuhan umat terhadap bantahan terhadap susuriyyah.
Cocok untuk orang yang seperti ini ucapan Syaikh Robi` bin Hadi Al Madkholi -hafidhahulloh-,”Aku ingin melihat ucapan mereka terhadap Al Haddad, terhadap Ba Syumail, terhadap Sayyid Quthb, terhadap kepala-kepala Quthbiyyah, terhadap pimpinan-pimpinan Al Ikhwan. Aku menginginkan satu kalimat dari mereka. Kukira mereka tak mampu berbuat itu karena mereka telah berdamai dengan mereka –wallohi a`lam- Tidak mustahil mereka telah berdamai dengan orang-orang tadi, karena hal ini adalah perkara-perkara yang tersembunyi, tapi bukti-bukti penyerta dan keadaan-keadaan serta perbuatan-perbuatan mereka menunjukkan bahwa mereka telah berdamai dan bersekongkol bersama ahlul bida` untuk menyerang ahlussunnah. Siapakah yang mengarahkan kelompok-kelompok tadi?” (“Kalimat fit Tauhid” hal.91)
Fadhilatusy Syaikh Ahmad An Najmi -rahimahulloh- berkata,”Adapun orang yang diam dari menerangkan kebenaran kepada manusia, maka sesungguhnya mereka itu tidak mendapatkan udzur dengan diamnya mereka. Andaikata mereka berkata,”Kami tidak bersama mereka,” Maka mereka tidak mendapatkan udzur. Sampai bahkan andaikata mereka berkata,”Kami tidak bersama pemilik manhaj yang tersesat dari jalan yang benar itu,” kecuali jika mereka mengingkari kesesatan mereka.” (“Al Fatawal Jaliyyah” hal.50\kitab kecil)
7- Jika dia punya hubungan dengan sebagian tokoh-tokoh Sururiyyin.
Bacalah ucapan Imam Al Wadi`i -rahimahulloh- di “Tuhfatul Mujib” hal. 143.

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...