Friday, January 3, 2014

ISTRIKU SAKIT.




Ingat beberapa bulan yang lalu, kami mmg tidak memiliki keluarga lain disini, Aku, istriku dan satu balita, hanya kamilah kekuatan rantai dalam keluarga super kecil ini. Hari itu kami menghitung penghasilan kami, Alhamdulillah terkumpul satu juta seratus tujuh puluh sekian ...., tapi ini bukan pendapatan harian, selama 2 bulan, inilah uang kami yg terkumpul. Alhamdulillah kami masih diberi rizqi yg cukup oleh Allah.

Suatu hari, karna kelelahan, istriku sakit. lalu kami ke dokter.
Aku sangat prihatin. Tapi sebagai lelaki tangguh yang sudah merasa cukup dewasa dan pernah hidup di sikon yg lebih keras saatnya aku membuktikan ketrampilanku untuk menggantikan posisi istri. Hari itu juga aku menjelma sebagai seorang Ibu rumah tangga dan juga tidak melepaskan atributku sebagai bapak dan pemimpin rumah tangga.

Pagi hari aku pergi kepasar belanja urusan dapur, sayur, bawang, saledri, dan seperempat daging ayam. Aku berencana akan membangkitkan selera makan istriku yg lidahnya terasa pahit-pahit. Berkat instruksinya juga aku berhasil memasak menu yg seperti hari2 biasa pernah ia bikinkan. Tapi ada sedikit yg berbeda, yaitu rasanya tidak seperti yg pernah aku rasakan, padahal semua instruksi telah aku jalankan sesuai arahan. Dan anakku si balita (4thn) ogah-ogahan makan. Setelah aku menyuapi anakku, memandikannya, merapikan rumah, piring, pakain kotor dan menyetrika sedikit pakaian yg akan dipakai saja, aku kembali ke aktifitas keseharianku.

Hari berikutnya, seperti kemaren, aku membuat menu yg sama, tapi kali ini dengan caraku, improfisasi memasak, aku merasa sedikit ada bakat terpendam, Tapi hasilnya lebih parah dari yg kemaren, aku sendiri tidak berselera memakannya, akhirnya aku beli lauk yg sudah jadi. Dan anakku semakin tidak berselera makan.

Hari ke 3, aku mulai merasa pekerjaan ini berat, setelah membeli perbekalan dari pasar, aku merasa lelah dan tertidur hingga siang, akhirnya aku beli makanan dari luar untuk makan siang kami, anakku masih tampak kurang berselara makan.

Hari ke 4, sebelum ke pasar aku melihat persediaan uang, aku kaget koq sudah menipis, setelah aku hitung2 ternyata baru 3 hari aku sudah menghabiskan uang lebih dari 150rb, padahal kalau istriku tidak sakit aku hanya menitipkan uang 20rb itu sudah bisa sarapan dan makan kami 2X sehari. Tapi hari ini, aku membuat menu sayuran saja, kata istriku.. lumayan enak..

Hari ke 5, istriku berusaha bangkit dan menyelesaikan urusan dapur ini setelah aku belikan semua persediaan. Aku sedikit lega karna anakku menghabiskan makanannya dan senang aku melihat istriku bisa sedikit beraktifitas, Aku juga merasa sedikit terlepas dari beban 4 hari kemaren.

Hari ke 6, isrtiku kembali drop, tidak bisa bangkit, persediaan uang menipis, akhirnya aku bikin menu mie, anakku makan lahap, istrikupun tidak keberatan.

dihari ke 7 sampai ke 14 aku kembali mewakili semuanya...

Di hari ke 15, istriku mulai baikan tp belum sanggup kerja keras seperti pekerjaan sehari-harinya dirumah. Tapi kali ini badanku terasa tidak nyaman, dan anakku demam tinggi.
Malamnya, aku tak sanggup membuka mataku, semua dunia ini terasa perputar, seluruh badan sakit, bagian perutku sakitnya juga luar biasa, serasa ingin muntah dan sudah 2 hari tidak BAB. Melihat kondisi panas yang hampir mencapai 40 (ia selalu menyimpan thermometer), akhirnya ia memanggil dokter jaga yg berjarak 8 rumah, kata dokter itu aku terkena TIFUS, sedangkan anakku terkena infeksi saluran pencernaan.

5 hari aku sakit, aku tidak mau tau dengan keadaan selain kondisi diriku sendiri yg sakit, aku hanya bisa berdzikir selagi terjaga, untuk bangun aku tidak sanggup kecuali di jam-jam sholat. Terkadang aku juga berfikir jika tertidur dan tidak pernah bangun lagi. Kata istriku, "tayyamum saja, belum bisa kena air", tapi aku bilang "tidak apa-apa", aku wudhu walau pusingnya masih sangat terasa dengan tubuh yg menggigil. ia bilang, "ya sudah asal jangan mendzalimi diri untuk berjalan ke kamar mandi dengan sangat terpaksa". Iapun memapahku ke kamar mandi setiap aku mau sholat.

Dihari ke 7 aku sudah baikan (22 hari semenjak istriku sakit), dan berjalan ke ruangan lain menghilangkan kejenuhan yg berhari-hari diatas kasur. Aku perhatikan rumah cukup rapi, menu makanan yg aku rindukan mulai bisa aku nikmati, rasanya seperti hampir 1 bulan yg lalu. Anaku juga udah baikan, malah ia sempat lompat2 bermain.

Satu hari itu, disetiap sholat, bahkan di kamar mandi, aku menangis. Aku mensyukuri punya Istri dan anak yg lucu, Istriku bisa mengurus itu semua, apa yg telah ia lakukan selama aku sakit, ia bahkan bisa mengurusnya hingga dua orang jagoannya (aku dan anakku) sembuh dari sakit sedangkan ia belum sepenuhnya sembuh, sedangkan aku malah membuat semuanya jadi sakit disaat aku sehat bugar, padahal aku sudah merasa mengerahkan seluruh tenaga ini untuk merawat mereka. Aku tidak bisa menggantikan istriku dalam urusan rumah tangga, yang dulu aku anggap itu biasa saja. hari itu aku banyak diam menatap dirinya, masyaAllah,.. hingga hari ini aku tak bisa mengungkapkan kata yg sebanding dengan perannya dalam hidupku. Aku hanya bersyukur kepada Allah bahwa mahkluk indah ini dititipkan kepada ku.

Keesokan harinya, melihat istriku yg belum sepenuhnya sembuh, aku mengantar istriku ke lab, setelah di cek, ternyata istriku terkena maag akut dan ada sedikit luka di hatinya. Dokter menyarankan jangan dulu makan obat2an, jaga saja jadwal dan makannya. karna bisa saja obat2an warung atau antibiotik yg diberikan akan memperparah sobekan kecil di hati itu.
Mendengar itu aku semakin terdiam, aku berfikir, itu secara fisik hatinya ada goresan, bagaimana dengan perasaannya selama ini, mungkin aku pernah atau sering menggores hatinya, bahkan aku melukainya. Bahkan kesombonganku hingga hari ini belum bisa aku tanggalkan, aku tidak berani meminta maaf kepadanya, karna aku berfikir ia wanita yg baik dan pasti sudah memaafkan aku jika aku khilaf dan marah dalam kepenatan, jadi aku tidak perlu meminta maaf. Suami seperti apa aku ? Melihat anakku yg mulai tumbuh dan pintar dan tidak bisa diam itu, semua peran siapa ? apakah ia besar dan pintar dengan sendirinya ? Melihat dapur yg selalu ada menu sederhana yg ia olah hingga menjadikan diriku selalu berselera, itu peran siapa ? Aku tidak sedewasa yang aku kira, Aku mulai malu dengan diriku setelah menyadari ketangguhannya menjalani hidup dengan caraku ini. Hingga hari ini, mereka mahkluk terbaik yg pernah aku temukan, ISTRI DAN ANAKKU.

MAAFKAN AKU SAYANG ...., MAAF SEGALA KEBODOHAN DALAM DIRIKU INI DAN KEKURANGAN-KEKURANGAN YANG LAINNYA..

Sumber:muhammad fawazzi arkan

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...